SOLOPOS.COM - Wakil Bupati Sragen H Suroto (tengah) menyerahkan penghargaan kepada warga yang paling pro aktif menjadi responden dalam sensus pertanian 2023 di Hotel Front One Sragen, Selasa (12/12/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Jumlah petani milenial di Kabupaten Sragen berdasarkan hasil Sensus Pertanian 2023 (ST 2023) Tahap I mencapai 100.7676 orang atau 71,97% dari jumlah petani sebanyak 140.000 orang yang menyebar di 20 kecamatan. Sementara jumlah usaha pertanian perseorangan (UTP) selama 10 tahun terakhir (2013-2023) justru menurun 23.680 unit.

Jumlah UTP pada 2013 sebanyak 166.110 unit, turun 14,25% menjadi 142.430 unit pada 2023. Turunnya UTP itu mencapai 23.680 unit selama 2013-2023 sehingga per tahun turunnya sampai 2.368 unit atau 197 unit per bulan. Turunnya UTP berbanding lurus dengan turunnya jumlah rumah tangga usaha pertanian (RTUP) yang tahun ini turun 2,26% menjadi 138.970 unit dari 142.190 unit pada 2013.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Penjelasan itu diungkapkan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sragen, Cahyo Kristiono, dalam rilis data Hasil Sensus Pertanian 2023 Tahap I di Hotel Front One Sragen, Selasa (12/12/2023) siang. Dia menyebut jumlah petani di Sragen mencapai 140.000 orang.

“Dari 140.000 orang itu yang merupakan petani milenial atau berumur 27-42 tahun sebanyak 100.767 orang atau 71,97%. Dari sekian petani itu tidak semua menggunakan alsintan [alat dan mesin pertanian]. Yang belum menggunakan alsintan masih 46.718 orang atau 33,37%. Sisanya sebesar 66,63% atay 93.282 orang sudah menggunakan alsintan,” jelasnya.

Sementara itu jumlah UTP di Sragen turun 14,25% itu salah satunya karena adanya alih fungsi lahan. Jumlah UTP terbanyak ada di Kecamatan Tanon (10.690 unit), disusul Plupuh (10.480 unit) dan Sumberlawang (10.130 unit). Sedangkan jumlah UTP paling sedikit ada di Kecamatan Sragen sebanyak 2.824 unit atau hanya1,98%.

“UTP mengalami penurunan pada 2023. Tetapi, unit pertanian lainnya justru meningkat dari empat unit pada 2013 naik menjadi 53 unit di 2023. Sebaran UTP itu yang paling banyak terdapat di Kecamatan Tanon. Jadi kalau saya sebutkan lima kecamatan tertingginya itu di Tanon, Plupuh, Sumberlawang, Mondokan, dan Kalijambe,” ujarnya.

Kalau melihat UTP berdasarkan umurnya, petani dengan klasifikasi generasi X (berusia 43-58 tahun) paling tinggi mencapai 40,35%. Sementara untuk UTP generasi milenial (27-42 tahun) hanya 16,73%. “Hal ini menunjukkan ketertarikan generasi muda terhadap sektor pertanian kecil,” jelasnya.

Cahyo melihat adanya pengaruh alih fungsi lahan pada jumlah lahan pertanian yang cukup signifikan. Namun data pasti soal itu baru akan disajikan di tahap II tahun depan. Selain faktor alih fungsi lahan, ujar dia, perkembangan teknologi juga menjadi faktor yang mempengaruhi turunnya jumlah UTP.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Sragen, Suratno, menyampaikan jumlah petani Sragen dari tahun ke tahun menurun karena sektor pertanian dianggap tidak menjanjikan. Banyak anak petani yang justru memilih bekerja di pabrik atau perusahaan lain di kota ketimbang meneruskan usaha orang tuanya.

Dia berharap hasil sensus pertanian itu riil sehingga bisa menjadi pertimbangan pemerintah dalam membuat kebijakan dan mengambil solusi atas problem pertanian. “Jumlah petani di Sragen turun itu linier dengan jumlah lahan yang berkurang karena alih fungsi lahan. Dia melihat sekitar Kota Sragen sudah mulai beralih fungsi ke perumahan semua,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya