Soloraya
Selasa, 8 Agustus 2023 - 19:38 WIB

Dosen & Mahasiswa dari 6 Universitas Teliti Situs Prasejarah Manyarejo Sragen

Tri Rahayu  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Perwakilan arkeolog menunjukan lokasi kotak ekskavasi dengan temuan gading stegodon atau gajah purba di lokasi penelitian Dukuh Bojong, Desa Manyarejo, Kecamatan Plupuh, Sragen, Selasa (8/8/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Puluhan mahasiswa, dosen, serta arkeolog dari enam universitas di Indonesia melakukan Penelitian Arkeologi Terpadu Indonesia (PATI) V 2023 di Dukuh Grogolan dan Dukuh Bojong, Desa Manyarejo, Kecamatan Plupuh, Sragen. Penelitian selama sepekan itu menemukan fosil fauna purba hingga peralatan yang digunakan manusia purba.

Enam universitas yang terlibat itu terdiri atas Universitas Jambi, Universitas Indonesia Jakarta, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Universitas Udayana Bali, Universitas Hasanudin Makassar, dan Universitas Haluoelo Kendari.

Advertisement

Koordinator PATI V 2023, Rochtri Agung Bawono, saat bertemu wartawan di lokasi Museum Alam Manyarejo, Plupuh, Sragen, Selasa (8/8/2023), mengungkapkan tiap universitas mengirimkan lima mahasiswa dan satu dosen. Lokasi penelitian adalah kawasan situs prasejarah pleistosen (250.000-1,2 juta tahun yang lalu) yang merupakan cagar udaya warisan dunia. Tujuannya memberi pengalaman khusus bagi dosen, peneliti, dan mahasiswa arkeologi.

“PATI ini dibiayai oleh Yayasan Arsari Djojohadikusumo yang dipimpin Hashim Djojohadikusumo. Pelaksanaannya pada 1-8 Agustus 2023. Kami memilih lokasi ini karena merupakan perjalanan panjang sejarah evoluasi manusia serta budayanya. Kami melihat di Manyarejo ini ada peran masyarakat dalam penelitian,” jelas Rochtri yang juga arekolog Universitas Udayana.

Tiga Kegiatan Penelitian

Selama melaksanakan PATI, mereka berkolaborasi dengan Museum dan Cagar Budaya (MCB) Subkoordinator Museum Sangiran dan Komunitas Brayat Krajan, Desa Manyarejo. Dalam pertemuan dengan wartawan tadi, semua pihak hadir semua, termasuk Kabid Budaya Yayasan Arsari Djojohadikusumo, Hasbiansyah Sulfahri dan Subkoordinator Museum Sangiran, Iskandar Mulia Siregar.

Advertisement

Pakar Arkeologi, Agus Tri Hascaryo, menjelaskan PATI V ini terbagi dalam tiga kegiatan, yakni ekskavasi, konservasi, dan pengelolaan sumber daya budaya atau culture resource management (CRM). Ekskavasi dilakukan di lokasi edukasi dengan membuka tiga kotak ekskavasi dengan hasil temuan di antaranya dua artefak paleolitik bola batu di permukaan. Kemudian satu artefak tulang fragmen tulang fauna seperti jenis Bovidae, Cervus sp, Bos sp, dan Stegodon di dalam lapisan batuan.

“Secara tratigrafi, artefak tulang dan fosil fauna yang ditemukan itu diduga berumur 500.000-800.000 tahun silam yang masuk dalam formasi kabuh. Fosil-fosil itu nantinya diserahkan ke MCB Unit Bukuran dan beberapa fosil yang berada di kotak ekskavasi tetap dibiarkan untuk pembelajaran ilmu pengetahuan dan pengunjung,” ujarnya.

Konservasi dilakukan di lima rumah empu balung buta di wilayah Manyarejo yang dikelola Komunitas Brayat Krajan. Kemudian untuk pengelolaan sumber daya budaya, kata Agus, menghasilkan rekomendasi berupa pelestarian, pengelolaan, dan pemanfaatan lingkungan dan benda cagar budaya di Museum Alam dan Museum Desa. Rekomendasi ini, ujar dia, digunakan Komunitas Brayat Krajan dan masyarakat untuk bekerja sama dengan MC Museum Sangiran.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif