SOLOPOS.COM - Dosen UIN Surakarta, Ika Feni Setiyaningrum (kanan), dan mendiang Wahyu Dian Silviani (dua dari kanan), dalam salah kegiatan di MA Al Azhar di Andong, Boyolali, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. (Istimewa)

Solopos.com, SUKOHARJO — Wahyu Dian Silviani, dosen UIN Surakarta yang menjadi korban kekejian seorang tukang di Gatak Sukoharjo, Jawa Tengah ternyata mantan santri di Pondok Pesantren Modern Assalam di Pabelan, Kartasura.

Wahyu yang berasal dari Mataram, Nusa Tenggara Barat jauh merantau ke Kartasura untuk menimba ilmu.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Setelah sempat menjadi santri Ponpes Assalam, Wahyu Dian kembali ke kampung halamannya untuk melanjutkan sekolah di SMAN 1 Mataram.

Wahyu Dian lalu menimba ilmu di Universitas Mataram. Di kampus tempat ayahnya mengajar itu, Wahyu Dian mengambil kuliah Ilmu Kimia.

Setelah menuntaskan gelar S1-nya, Wahyu Dian mendapatkan bea siswa untuk kuliah ilmu lingkungan di Australia.

Informasi tentang Wahyu Dian ini diungkapkan salah satu seniornya di Kampus UIN Surakarta, Septin Puji Astuti, kepada Solopos.com, Minggu (27/8/2023).

Bersama sejumlah dosen termasuk Wahyu Dian, Septin ditugaskan untuk merintis pendirian Fakultas Sains dan Teknologi di UIN Surakarta.

“Solo bukan tempat asing. Dia pernah menjadi santri Ponpes Assalam lalu pindah. Kalau tidak salah balik dan masuk ke SMPN 1 Mataram lalu SMAN 1 Mataram. Di Universitas Mataram dia ambil Prodi Ilmu Kimia,” ujar Septin Puji Astuti.

Septin mengaku sangat dekat dengan almarhumah Wahyu Dian. Saat Wahyu Dian diterima sebagai CPNS tahun 2020 di UIN Surakarta, ia sempat menanyakan pilihan kerja di Solo.

Padahal yang bersangkutan berasal dari Mataram, NTB dan ayahnya adalah profesor di Universitas Mataram.

“Saya pernah tanya ‘gak menyesal Mbak pilih kerja di sini (UIN Surakarta)’ dan dijawab ‘gak’,” tutur Septin.

Tak puas dengan jawaban Wahyu Dian, Septin kembali mencecarnya dengan pertanyaan ‘yakin akan kerja di sini seterusnya?’

Sebagai bukti kesungguhan, Wahyu Dian yang resmi menjadi PNS pada tahun 2021 membeli rumah di di Perumahan Graha Sejahtera, Tempel, Gatak, Sukoharjo.

Selain Dian, beberapa teman dosennya di UIN Surakarta juga membeli rumah di perumahan tersebut.

Bahkan, rumah rekan Dian tersebut akhirnya yang menjadi tempat terakhir baginya setelah ia dibunuh secara keji oleh tukang yang merenovasi rumahnya.

Septin menyebut orang tua Wahyu Dian sebenarnya berat melepas anak perempuan mereka seorang diri tinggal di perantauan.

Namun karena menjadi dosen PNS adalah impian Dian, orang tuanya akhirnya memberi izin.

Septin menceritakan, pada perekrutan CPNS untuk formasi Ilmu Lingkungan di UIN Surakarta tahun 2020 hanya dua kursi.

Ketika itu ada 63 pelamar dan yang lolos adalah Wahyu Dian dan Ika Feni Setiyaningrum.

“Formasi PNS paling banyak peminatnya selain dosen-dosen ekonomi. Dia dan Mbak Ika Feni yang akhirnya lolos formasi tahun 2020, wawancaranya secara online (karena pandemi Covid-19),” tuturnya.

Teman seangkatan Wahyu Dian, Ika Feni Setiyaningrum, merasakan sangat kehilangan seorang sahabat.

Sebagai sesama PNS yang diterima sebagai dosen ilmu lingkungan, dirinya selalu bersama dengan Wahyu Dian dalam berbagai kegiatan kampus.

Saat kali pertama bertemu, Ika Feni mengaku kagum dengan sosok Wahyu Dian yang lulusan luar negeri.

Apalagi, sosok almarhumah dikenangnya sangat rendah hati meskipun lulusan luar negeri.



“Beliau orang keren luar biasa. Dan ketika bertemu, beliau sosok yang rendah hati meskipun beliau lulusan LN, beliau tidak pelit ilmu dan membagikan pengalamannya,” tuturnya melalui telepon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya