SOLOPOS.COM - Ketua Komisi A DPRD Jateng Mohammad Saleh dalam acara dialog Aspirasi Jateng dengan tema Penyiaran di Jateng Pasca-Analog Switch Off di Stasiun TATV, Solo, Selasa (14/2/2023). (Istimewa).

Solopos.com, SOLO — Pelaksanaan siaran televisi (TV) digital penting dilakukan untuk meningkatkan kualitas penyiaran di Indonesia. Namun, pemerintah mengakui masih ada masalah soal mahalnya harga perangkat set top box (STB) di pasaran.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Komisi A DPRD Jateng Mohammad Saleh dalam dialog Aspirasi Jateng dengan tema Penyiaran di Jateng Pasca Analog Switch Off’ di Stasiun TATV Solo, Selasa (21/2/2023).

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Menurutnya, ada dua opsi penyelesaian masalah mahalnya STB di pasaran. Pertama, pemerintah harus bisa mendorong dunia pendidikan untuk menciptakan perangkat STB. Kedua, dari sisi industri, para pengusaha diminta memproduksi STB dengan harga murah di pasaran.

“Dengan begitu, banyak masyarakat yang bisa menikmati siaran TV digital melalui perangkat STB yang terjangkau,” kata Politikus Golkar itu dilansir dari https://dprd.jatengprov.go.id/, Senin (27/2/2023).

Pada kesempatan yang sama, Anggora Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jateng, Ari Yusmindarsih juga mengakui banyak perangkat STB dengan berbagai merek yang beredar dan harga yang bervariasi.

Diakuinya pula, pelaksanaan analog switch off tersebut seolah masih membuat masyarakat panik karena harus membeli perangkat STB yang masih mahal.

Ari mengaku sependapat dengan Mohammad Saleh agar pemerintah bisa mendorong produsen dalam negeri untuk membuat STB. Dengah catatan, harga yang dijual nantinya bisa terjangkau.

“Dan, terkadang masyarakat sudah membeli STB tapi kualitas siarannya masih rendah. Mungkin saja beda harga, beda kualitas perangkat atau STB yang mahal kualitasnya lebih bagus,” katanya.

Sementara, narasumber lainnya dari Unisri, Haryo Kusumoaji mengatakan, dalam pelaksanaan analog switch off, banyak masyarakat yang belum siap. Hal itu dikarenakan tidak sedikit masyarakat yang minim informasi sehingga banyak yang kaget.

“Saat pelaksanaan pertama mungkin sangat sulit bagi masyarakat. Namun sekarang, seiring waktu, masyarakat sedikit demi sedikit bisa memahami,” kata Haryo. (Adv-Anf)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya