Soloraya
Kamis, 15 September 2011 - 08:33 WIB

DPRD minta DKK cari solusi permanen

Redaksi Solopos.com  /  Nadhiroh  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Ilustrasi (Dok.SOLOPOS) BAKTERI E COLI--Djumadi mengecek kondisi sumur di RT 05 RW VIII, Jagalan, Solo, Selasa (23/8). Bakteri e coli diduga telah menyebar ke sejumlah sumber air di daerah padat penduduk di Kota Solo. (JIBI/SOLOPOS/JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Solo (Solopos.com)–Komisi IV DPRD Solo meminta Dinas Kesehatan Kota (DKK) mencari solusi permanen atas persoalan air sumur yang terkontaminasi bakteri E.coli.

Advertisement

Kalangan legislator juga menyarankan DKK memperluas cakupan penelitian air sumur. Seperti disampaikan Sekretaris Komisi IV, Abdul Ghofar Isma’il saat ditemui wartawan di Ruang Komisi IV, Rabu (14/9/2011).

”Secara teknis DKK lebih paham, kalau bisa penanganannya dengan solusi permanen,” katanya menanggapi hasil penelitian DKK yang menyebutkan adanya 80-an sumur warga yang terkontaminasi bakteri E.coli dengan kadar melebihi toleransi.

Advertisement

”Secara teknis DKK lebih paham, kalau bisa penanganannya dengan solusi permanen,” katanya menanggapi hasil penelitian DKK yang menyebutkan adanya 80-an sumur warga yang terkontaminasi bakteri E.coli dengan kadar melebihi toleransi.

Ghofar melanjutkan DKK tidak boleh lamban menyikapi temuan tersebut. Apalagi anggaran program pencegahan/penanggulangan penyakit menular tahun ini dianggarkan Rp 486,9 juta.

Anggaran itu bisa digunakan untuk menangani persoalan bakteri E.coli. Namun sejauh ini menurut dia, Komisi IV belum mendapat laporan resmi dari DKK perihal hasil penelitian kandungan air sumur.

Advertisement

Di sisi lain, Ghofar mengungkapkan kondisi permukiman di Kota Bengawan memang sudah tidak lagi representatif. Begitu banyak sumber air yang tidak memenuhi ketentuan jarak minimum dari septic tank. Untuk itu Komisi IV mendorong perluasan jaringan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) rumah tangga.

Jaringan ini dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pada 2010 dan 2011 PDAM mendapat bantuan Rp 2 miliar untuk penambahan jaringan IPAL ini. ”Air limbah dari rumah warga disalurkan ke IPAL ini lalu diolah hingga layak dibuang ke sungai,” terang dia.

Pendapat senada disampaikan Wakil Ketua Komisi IV, Teguh Prakoso. Saat ini persentase rumah penduduk yang sudah terjangkau jaringan IPAL ini masih begitu kecil. Namun ke depan diharapkan jaringan itu bisa semakin berkembang menjadi salah satu solusi persoalan keterbatasan lahan pribadi.

Advertisement

Disinggung adanya air PDAM yang juga mengandung E.coli dengan kadar di atas ambang toleransi, Teguh menilai hal itu sebagai konsekuensi dari penggunaan air tanah.

Dia menyarankan PDAM kembali menggunakan air dari sumber-sumber air yang sudah dipastikan kesehatannya seperti dari Cokro, Klaten. ”Demi kesehatan, harus bayar tidak apa-apa,” tegasnya.

(kur)

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif