Soloraya
Kamis, 7 Juli 2011 - 20:49 WIB

DPU Klaten minta BPSDA Bengawan Solo segera keruk Rawa Jombor

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Klaten (Solopos.com) – Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Klaten meminta otoritas Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (BPSDA) Bengawan Solo segera bertindak terkait molornya pelaksanaan proyek pengerukan Rawa Jombor.

Kepala DPU Klaten, Tajudin Akbar, kepada Espos, Kamis (7/7/2011), mengatakan sebenarnya surat perintah pelaksanaan kerja (SPK) proyek pengerukan Rawa Jombor sudah terbit Juni lalu. Akan tetapi, hingga kini PT Abdi Mulya selaku pemenang lelang proyek pengerukan Rawa Jombor belum menjalankan tugasnya.

Advertisement

”Kami sudah menjalin komunikasi dengan BPSDA melalui telepon. Kami mempertanyakan mengapa pemenang lelang belum menjalankan tugas kendati SPK sudah turun sejak Juni lalu,” terang Tajudin.
Tajudin menjelaskan DPU Klaten jugasudah beberapa kali melakukan inspeksi mendadak (Sidak) untuk mengawasi realisasi proyek pengerukan Rawa Jombor. Dalam Sidak itu, petugas dari DPU tidak menemukan kantor perwakilan PT Abdi Mulya. Petugas dari DPU kesulitan mengakses dokumen-dokumen penting menyangkut proyek yang dibiayai Rp 12 miliar dari APBN itu. ”Perwakilan kantor itu sebagai simpul informasi. Mestinya ada di situ. Tidak adanya kantor membuat kami tidak bisa mengetahui dokumen-dokumen penting seperti perencanaan proyek, masa kerja dan lain-lain,” kata Tajudin.

Tajudin mengatakan belum tahu kapan target penyelesaian proyek pengerukan Rawa Jombor itu. Menurutnya, proyek pengerukan Rawa Jombor itu menggunakan dana APBN 2011 sehingga harus bisa selesai akhir tahun ini. Sebelum ini dilaporkan, proses pengerukan Rawa Jombor di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, terlambat dilakukan. Akibatnya, para petani ikan di sekitar kawasan wisata Rawa Jombor mengalami kerugian. Pengerukan Rawa Jombor seharusnya dilaksanakan awal Juni lalu.

Kepala Desa Krakitan, Sunudi, menyatakan sebanyak 666 petani ikan yang tergabung dalam 12 Lembaga Keswadayaan Mikro (LKM) mengalami kerugian puluhan juta rupiah karena bertambahnya populasi eceng gondok di Rawa Jombor. Eceng gondok menyebabkan keasaman air meningkat sehingga kandungan karbon dioksida (CO2) bertambah signifikan. “Ikan di kawasan Rawa Jombor jadi kerdil jika terus-menerus berada di dalam air yang jenuh,” papar Sunudi.

Advertisement

mkd

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif