SOLOPOS.COM - Warga mendekati gunungan Garebeg Mulud (Sekaten) Tahun Jimawal 1957 di halaman Masjid Agung Solo, Kamis (28/9/2023) siang. (Solopos.com/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO–Dua pasang gunungan Garebeg Mulud Tahun Jimawal 1957 ludes dalam hitungan menit di halaman Masjid Agung Solo, Kamis (28/9/2023) siang. Warga berebut gunungan meskipun belum waktunya sesi rebutan.

Acara puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ditandai dengan adanya kirab gunungan atau Grebeg Maulud yang merupakan bagian dari budaya Sekaten Solo yang diselenggarakan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Keraton Solo) adalah bagian dari Mataram Islam. Acara dimulai dengan tahlil yang dilantunkan di serambi Masjid Agung Solo sejal pukul 08.00 WIB. Tahlil dipimpin oleh Kiai H. Muhammad Subkhan.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Ribuan warga berbagai usia mulai dari anak balita sampai orang lansia berdatangan ke Masjid Agung Solo. Mereka menempati halaman Masjid Agung Solo.

Akses menuju serambi Masjid Agung Solo ditutup untuk menyediakan tempat bagi abdi dalem Keraton Solo yang mengikuti kirab gunungan. Selain pengajian, warga bisa menikmati kuliner yang ditawarkan para pelaku UMKM.

Kemudian ada pengajian yang dipimpin oleh Kiai H. Sunaryo. Sunaryo menjelaskan sejarah singkat Sekaten. Warga diminta bersabar menunggu tibanya Gunungan. Warga diajak membaca syahadat.

Menjelang pengajian berakhir, sebanyak 1.000 orang mengikuti tradisi Hajad dalem Garebeg Mulud (Sekaten) Tahun Jimawal 1957 dengan kirab gunungan dari Keraton Solo menuju Masjid Agung Solo.

Peserta kirab masuk ke serambi Masjid Agung Solo. Penghulu Tafsir Anom Keraton Kasunanan Solo Kanjeng Raden Tumenggung KH Muhtarom memimpin doa. Sementara dua pasang gunungan diletakkan di halaman Masjid Agung Solo.

Namun, ketika doa belum usai warga sudah berusaha mengambil gunungan. Petugas gabungan serta abdi dalem sempat mencegah namun saking banyaknya orang satu gunungan terdiri dari sayuran direbutkan warga.

Salah satu warga Karanganyar, Arianti, 23 mendapatkan cabai dari gunungan Sekaten. Dia mengaku senang mendapatkan sayuran dari gunungan Sekaten karena tak semua orang dapat bagian gunungan.

“Susah sekali, tadi jejak-jejakan. Sayurnya nanti buat dimasak,” jelas dia.

Mengikuti Garebeg Mulud merupakan pengalaman kali kedua bagi Arianti. Dia tiba di Masjid Agung Solo sejak pukul 08.00 WIB.

Warga Colomadu, Wanti, 43, mendapatkan jerami serta kacang panjang. Kacang panjang itu nantinya dimasak. “Alhamdulilah, seru, supaya sehat selamat,” ungkap dia.

Pengageng Sasana Wilapa Keraton Solo KP.H Dany Nur Adiningrat menjelaskan Keraton Solo menggelar rangkaian Sekaten 2023 dengan kebesaran. Pasar malam menjadi salah satu rangkaian untuk menyambut Sekaten.

“Upacara intinya sepekan lalu dengan jamasan, miyos gongso, natap gongso, gamelan ditabuh setiap hari. Puncak pagi tadi gamelan masuk keraton, lalu ada keluar gunungan, maknanya tanda syukur atas rahmat hidayah karunia Tuhan Yang Maha Esa dalam bentuk makanan yang berlimpah,” paparnya.

Menurut dia, Garebeg Mulud (Sekaten) Tahun Jimawal 1957 meriah karena banyak warga antusias mengikuti tradisi. Garebeg Mulud (Sekaten) Tahun Jimawal 1957 berlangsung bersamaan dengan hari libur nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya