Solopos.com, SOLO — Pengurus Rukun Warga (RW) 013 Kelurahan Nusukan, Kecamatan Banjarsari, Solo, memiliki beragam program pemberdayaan perempuan dan anak. Namun aktivitas pemberdayaan terhalang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Ketua RW 013, Siswati, menjelaskan Pemkot Solo telah membentuk Kampung Responsif Gender dan Anak atau Kampung Wanita Winasis di kampungnya. Program pemberdayaan belum berjalan maksimal karena berpotensi mengundang kerumunan.
Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian
“Kampung kami terpilih pada saat sosialisasi. Jumlah penduduknya ada 600 keluarga dengan delapan RT,” kata dia kepada Solopos.com saat ditemui di rumahnya, Kamis (19/8/2021).
Baca juga: Kesadaran Literasi Digital Masyarakat Solo Dinilai Sudah Tinggi, Apa Indikatornya?
Menurut dia, ada sejumlah masalah sosial terkait perempuan dan anak, antara lain anak yang putus sekolah akibat kondisi ekonomi keluarga. Perlu upaya pemberdayaan ekonomi dan upaya preventif pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Selain Kampung Responsif Gender dan Anak, kata Siswati, program pemberdayaan perempuan yang telah dilakukan berupa pelatihan membuat produk olahan pangan lokal serta kerajinan tangan melalui kegiatan bank sampah.
Pelatihan mengolah pangan dilakukan Selasa (1/6/2021) atau sebelum PPKM Darurat.
“Hasil produksi kami titip jual ke warung-warung. Wadahnya dibentuk kawasan industri pangan,” paparnya.
Baca juga: Buruh Soloraya Dapat Prioritas Vaksin Covid-19 dari Polda Jateng, Catat Tanggalnya!