SOLOPOS.COM - Petani ikan di Karamba Jaring Apung (KJA) Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri, Rabu (4/1/2023). Meski memasuki musim penghujan, hasil panen ikan di KJA WGM tetap stabil karena tidak ada kematian massal ikan budi daya. (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Angka konsumsi ikan (AKI) masyarakat Wonogiri masih jauh di bawah target. Pada 2021 AKI Wonogiri hanya sebesar 25,74kg/kapita/tahun, padahal target AKI secara nasional sebesar 56,39kg/kapita/tahun. 

Kepala Bidang (Kabid) Kelautan dan Perikanan Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan(Dislapernak) Wonogiri, Catur Wuryaningsih Margihastuti, tidak memungkiri jika AKI di Wonogiri masih rendah. Hal itu cukup disayangkan apalagi Wonogiri memiliki Waduk Gajah Mungkur (WGM) seluas 8.800 ha.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Waduk itu memiliki potensi produktivitas ikan air tawar lebih dari 8.000 ton atau 8,5 juta kg/tahun.

“Benar, angka konsumsi ikan di Wonogiri masih rendah kalau melihat target nasional,” kata Catur kepada Solopos.com, Minggu (8/1/2023).

Meski begitu, Catur mengklaim Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri sudah berupaya mendorong masyarakat meningkatkan konsumsi ikan. Hal itu dilakukan dengan cara mempromosikan atau kampanye Gemarikan (gemar makan ikan) melalui selebaran kepada warga Wonogiri.

Selain itu, bekerja sama dengan tim penggerak pemberdayaan kesejahteraan keluarga (TP PKK) tingkat kecamatan dan desa/kelurahan di Wonogiri. Mereka dinilai memiliki posisi strategis menyosialisasikan masyarakat agar meningkatkan konsumsi ikan. 

Di sisi lain, Catur menyebut produksi perikanan di WGM) banyak dijual di luar Wonogiri, seperti kabupaten/kota di Soloraya, Banyumas, Banjarnegara, dan beberapa kota di Jawa Timur. Ikan-ikan itu banyak dijual mentahan atau tanpa diolah. Sementara ikan olahan banyak dijajakan di sekitar kawasan WGM. 

Informasi yang dihimpun Solopos.com beberapa petani ikan Karamba Jaring Apung (KJA) WGM Wonogiri menjual hasil produksi ikan nila dan patin di pasar lokal dan warung makan di Wonogiri. Beberapa yang lain menjual hasil produksi ikan mentah ke luar kota. 

Suryanto misalnya, petani ikan KJA ini menjual ikan budi daya nila ke warung-warung makan di Wonogiri dan pasar lokal. Hal itu berbeda dengan Anto yang juga petani ikan KJA WGM. Ia memilih menjual ikan budi daya seperti nila dan patin ke luar kota.

Harga ikan budi daya KJA WGM bervariasi, ikan nilai biasa dihargai Rp28.000/kg-Rp30.000/kg. Sedangkan patin lebih murah yaitu senilai Rp18.000/kg-Rp20.000/kg. Para petani lebih senang menjual ikan mentah karena tidak perlu memprosesnya lagi. 

Sementara itu Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, mengakui ikan menjadi salah satu sumber protein makanan yang baik jika dikonsumsi masyarakat Wonogiri. Bahkan bisa menjadi salah satu cara untuk menanggulangi stunting atau tengkes dengan program pemberian makanan tambahan (PMT).

Kendati begitu, ia belum menghitung secara detail berapa angka konsumsi Ikan di Wonogiri. 

“Kami belum hitung secara spesifik pemenuhan protein dari ikan, khususnya untuk penanganan stunting. Tapi strategi kami adalah mengelompokkan baduta dan bumil dengan risiko tinggi. Kami dampingi dan beri gizi sebaik mungkin. Untuk PMT, pada 2023 ini kami anggarkan Rp7 miliar,” kata pria yang kerap disapa Jekek. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya