Soloraya
Selasa, 12 April 2022 - 08:02 WIB

Duh, Produsen Jenang Kedunggudel Sukoharjo Sulit Kembangkan Pemasaran

Magdalena Naviriana Putri  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Perajin mencetak jenang di daun pisang dalam wadah cetakan, di Kedunggudel, Sukoharjo, Minggu (10/4/2022). (Istimewa)

Solopos.com, SUKOHARJO – Sejumlah produsen jenang di Kampung Kedunggudel, Kelurahan Kenep, Kecamatan Sukoharjo, Sukoharjo, mengaku kesulitan mengoptimalkan pemasaran lantaran kehabisan waktu menyelesaikan proses produksi yang cukup panjang.

Pembuat jenang Kedunggudel, Widiya Setyo Rahayu, 37, mengaku pembuatan jenang butuh waktu lama. Sedangkan bahan baku pembuatan jenang adalah tepung ketan, gula pasir, dan santan kelapa.

Advertisement

Ora nglerenke [tidak ada istirahatnya], kalau jenang kan harus diaduk 4-5 jam dalam satu kali pengolahan. Sekarang tidak ada [pekerja] yang mau kalau setiap hari [mengaduk] begitu,” jelasnya saat dijumpai Solopos.com di rumahnya, Senin (11/4/2022).

Baca juga: Kuliner Tradisional Kedunggudel Sukoharjo

Advertisement

Baca juga: Kuliner Tradisional Kedunggudel Sukoharjo

Widiya yang merupakan generasi kedua produsen jenang mengaku menggunakan mesin untuk pembuatan jenangnya sejak 2014 untuk menghemat tenaga produksi. Pasalnya pekerjanya merasa kesulitan dengan lamanya proses pembuatan itu.

Dia menjelaskan proses pembuatan jenang di rumahnya dimulai sejak pukul 07.30 WIB sampai 17.00 WIB. Setelah itu di sore hari dia masih harus mencetak jenangnya. Lamanya proses produksi membuat waktunya terkuras sehingga kesulitan merencanakan pemasaran.

Advertisement

Baca juga: KULINER SUKOHARJO : Lezatnya Jenang Kedunggudel, Bukan Dodol Biasa

Berbeda dengan proses produksi jenang, pembuatan wajik membutuhkan waktu mengaduk manual selama satu jam. Dia mengaku dulu setiap hari mampu menghasilkan 3-4 wajan besar wajik. Namun kini pihaknya hanya bisa memproduksi satu wajan besar wajik.

“Kalau untuk takarannya berapa susah ngitungnya, tapi untuk satu wajan jenang itu bisa jadi 30 cetakan besar, 50 cetakan kecil, dan 30 cetakan tanggung,” jelasnya. Sedangkan satu wajan besar wajik menghasilkan 12 cetakan besar, 12 cetakan tanggung dan 40 cetakan kecil.

Advertisement

Selain membuat jenang dan wajik, Widiya dan tiga pekerjanya juga membuat prol dan wingko babat. Satu dari ketiga pekerja ditugaskan membuat wingko dan prol, sedangkan dua pegawai lainnya bekerja membuat jenang dan wajik.

Kehabisan Stok Saat Lebaran

Widiya mengaku kerap kehabisan stok saat momentum Lebaran, tahun baru, hingga musim liburan. Menurutnya dia tidak mampu melipatkan proses produksi meskipun permintaan meningkat. Solusinya, dia mengambil barang dari produsen lain di desanya.

“Terkadang [produsen jenang lainnya] bisa diajak kerja sama, tapi ada juga yang merasa bersaing tergantung masing-masing orang,” katanya. Dia menguraikan harga jenang dan wajik dibanderol Rp7.000 untuk cetakan kecil hingga Rp30.000 untuk cetakan besar.

Advertisement

Pembuat jenang lainnya di Kedunggudel, Sri Lestari, 54, menyatakan hal sama terkait proses pembuatan jenang dan wajik. “Bikin [jenang dan wajik] saja sudah repot, apalagi kalau harus mengantar, menjual secara online, tenaganya sudah tidak ada,” katanya saat dijumpai di rumahnya, Senin.

Baca juga: Pedagang Oleh-Oleh di Kartasura Malah Galau Jelang Lebaran, Kenapa Ya?

Dia mengaku saat ini hanya menjual jenang dan wajik di rumahnya. Sedangkan untuk pembeli dari luar daerah sudah terfasilitasi pelanggan yang menjualnya kembali atau semacam reseller.

Sri mengungkap banyak pegawai pabrik di lingkungan rumahnya yang turut melakukan pemasaran jenang dan wajik melalui daring. Mereka membuat daftar dalam jangka sepekan, kemudian setiap Jumat mengambil barang di rumahnya. Keponakan dan beberapa pegawai lain juga melakukan hal yang sama sehingga menurutnya hal itu sangat membantunya memasarkan produk.

Menurut Sri Lestari, para produsen jenang dan wajik di kampungnya saling bekerja sama jika kekurangan stok barang. “Biasanya kalau ada yang kurang [stoknya] juga mengambil di sini, tidak apa-apa. Kalau penjual kan sudah punya langganan masing-masing jadi tidak takut pelanggan hilang [karena saingan],” jelasnya.

Baca juga: Waduh, Harga Daging Ayam di Sukoharjo Melambung Jadi Rp38.000/Kg

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif