SOLOPOS.COM - Ilustrasi kedelai impor. (Antara)

Solopos.com, BOYOLALI Harga kedelai yang semakin melonjak baru-baru ini, rupanya dibarengi dengan penurunan panen dan produksi kedelai di Kabupaten Boyolali sejak 2018.

Luas panen dan produksi kedelai di Boyolali menunjukkan tren fluktuatif yang cenderung menurun.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Berangkat dari data BPS Boyolali, produksi kedelai di Boyolali pada 2018, sebanyak 3.489 ton. Lalu, pada 2019, produksi kedelai anjlok menjadi 533,77 ton.

Pada 2020, produksi kedelai sedikit naik menjadi 1.471,06 ton. Kemudian, 2021 produksi kedelai merangkak di angka 1.648 ton.

Sementara, untuk luas panen kedelai, pada 2018 di Boyolali mencapai 2.660 ha. Lalu, luas panen turun pada 2019 menjadi 695 ha. Luas panen pada 2020 sedikit naik, menjadi 1.133 ha. Kemudian, 2021 luas panen turun menjadi 997 ha.

Baca juga: Harga Minyak Goreng Hingga Daging Ayam Naik dalam Sepekan Terakhir

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Boyolali, Bambang Jiyanto, mengatakan luasan lahan kedelai pada 2022 hanya sekitar 773 ha.

Curah hujan yang tinggi, kata Bambang, menjadi salah satu penyebab petani hampir tidak ada yang menanam kedelai pada tahun ini. Pasalnya, di Jawa Tengah, kegiatan tanam kedelai mayoritas dilakukan oleh petani di Kabupaten Grobogan.

“Tahun 2022 [di Boyolali] hanya bisa menanam 773 ha,” kata dia kepada Solopos.com saat dihubungi melalui WhatsApp, Selasa (22/11/2022).

Kendati demikian, Bambang mengatakan Dispertan terus berusaha memberikan sosialisasi penanaman kedelai untuk meningkatkan luas dan produksi kedelai oleh petani Boyolali sebagai wujud dukungan pemenuhan kebutuhan kedelai nasional.

Bambang mengagendakan penanaman kedelai paling awal pada 2023 di Boyolali. “Untuk penanaman yang paling awal nanti mulai di Februari 2023,” kata dia.

Menurut Bambang, kedelai bisa tumbuh dengan baik bila cuca dan iklimnya mendukung. Kedelai kurang tumbuh dengan baik bila curah hujan tinggi atau kemarau panjang.

Baca juga: Kurangi Ketergantungan Impor Kedelai, Wonogiri Kembangkan Koro Pedang

“Kedelai akan tumbuh baik dan berproduksi pada kondisi iklim yang tepat. Curah hujan yang tinggi dan kemarau panjang tidak cocok untuk pertumbuhannya,” terang Bambang.

Saat ini, Dispertan tengah mengidentifikasi lahan-lahan potensial di Boyolali yang cocok untuk ditanami kedelai. Selain itu, Dispertan sedang mengidentifikasi petani-petani yang bersedia dan komitmen menanam kedelai.Karena saat ini, kata Bambang, petani lebih memilih menanam jagung ketimbang kedelai.

Sementara, diungkapkan oleh Bambang pada Kamis (22/9/20220, Dispertan Boyolali pernah memberikan bantuan benih kedelai yang cocok dengan lokasi penanaman untuk 690 hektare di Boyolali bagian utara.

“Jadi ketersediaan benih kedelai di pasaran itu sulit juga terlebih untuk varietas yang cocok dengan lokasi. Misal di Sambi cocoknya varietas gepak hijau, tapi adanya Grobogan,” jelasnya.

Baca juga: Harga Kedelai Stabil Tinggi, Perajin Tempe Wonogiri Terpaksa Perkecil Ukuran

Kemudian, untuk estimasi produktivitas kedelai di Boyolali tercatat 1.154 ton hingga pekan ketiga September 2022. Sedangkan kebutuhan masyarakat 15.201 ton, sehingga menyebabkan defisit 14.047 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya