Soloraya
Senin, 21 Maret 2022 - 18:12 WIB

Dukuh Cendolan Jadi Cikal Bakal Dawet Bayat, Begini Sejarahnya

Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penjual dawet di sepanjang Proliman Tamanmartani Kalasan mendulang untung selama libur lebaran tahun ini, Jumat (30/6/2017). (Abdul Hamid Razak/JIBI/Harian Jogja)

Solopos.com, KLATEN — Desa Bogem, Kecamatan Bayat menjadi sentral dawet Bayat sejak zaman dahulu. Di desa ini terdapat satu dukuh yang namanya erat dengan dawet, yakni Dukuh Cendolan.

Sekretaris Desa (Sekdes) Bogem, Kecamatan Bayat, Sungkono, mengatakan di desanya terdapat 8 RW. Di antara dukuh di desanya bernama Dukuh Cendolan. Di dukuh tersebut terdapat 28 kepala keluarga (KK). Sebagian besar bekerja sebagai penjual dawet Bayat.

Advertisement

“Di Dukuh Cendolan ada tokoh sentralnya. Namanya kalau enggak salah Mbah Asmo. Di era 1970-an itu Mbah Asmo menjual dawet dengan salang [dipikul dan keliling kampung]. Dari sana, dawet Bayat mulai dikena. Lama-lama diteruskan keturunannya. Warga sekitar pun juga ikut menjual dawet Bayat,” kata Sungkono, kepada Solopos.com, Senin (21/3/2022).

Baca Juga: Kampoeng Pecel Wisata Kuliner Anyar di Klaten, Ada Cendol Dawet Aloe Vera

Sungkono mengatakan keturunan Mbah Asmo telah sukses menjalankan usaha dawet Bayat di Jogja. Omzetnya mencapai Rp1,5 juta per hari. Di samping itu, jumlah penjual dawet di Desa Bogem semakin bertambah.

Advertisement

“Jumlah penjual dawet di Bogem sekarang ini berkisar 300 orang. Mereka setiap pagi berpencar menjual dawet. Ada yang di Klaten, Bayat, Solo, Prambanan, Gunungkidul, dan daerah lainnya. Saat sore, biasanya mereka pulang ke Bogem,” katanya.

Sungkono mengatakan harga dawet Bayat relatif terjangkau. Para penjual dawet Bayat biasanya mematok harga Rp3.000 per gelas di kawasan Bayat. Dawet Bayat yang dijual di luar Bayat biasanya dipatok Rp4.000 per gelas.

Baca Juga: Dawet Bayat Klaten Dikenal Menyegarkan, Ternyata Begini Cara Buatnya

Advertisement

“Di Bogem itu sudah ada paguyubannya juga. Jadi antarpenjual dawet Bayat itu saling berdiskusi untuk mengembangkan pasaran dawet Bayat,” katanya.

Sebagaimana diketahui, Dawet Bayat telah menjadi kuliner khas di Kabupaten Klaten. Tiga bahan utama pembuatan dawet, yakni cendol, juruh, dan santan.

“Dawet Bayat itu rasanya mantap dan menyegarkan. Tidak bikin batuk dan tidak bikin seret. Soalnya bahannya berkualitas. Dari gula aren dan air yang digunakan air matang. Jadi, rasanya tidak hambar,” kata salah seorang pencinta kuliner asal Klaten, Susi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif