SOLOPOS.COM - Warga mengecek punden di Dukuh Kutukan, Desa Kacangan, Kecamatan Sumberlawang, Sragen, Rabu (2/2/2022). (Solopos.com/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SRAGEN — Di Dukuh Kutukan, Desa Kacangan, Kecamatan Sumberlawang, Sragen, terdapat punden atau makam yang dikeramatkan. Lokasinya di tepi jalan dukuh setempat.

Punden tersebut serupa rumah dengan ukuran kira-kira 2 meter x 2 meter. Bangunan tampak berkelir hijau dan kuning. Ada satu pintu depan untuk akses masuk ke punden. Adanya sejumlah pohon jati dan bambu di sekelilingnya membuah punden itu sejuk. Tak jauh dari punden itu berdiri sejumlah rumah warga.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Salah satu warga tinggal di dekat punden, Citro Suwarno, 59, menjelaskan punden itu merupakan makam pasangan yang pertama datang membuka desa. Dia tidak hafal nama lengkapnya, namun warga kerap menyebut Punden Mbah Mboja.

“Sosoknya gede dhuwur, saya pernah diimpeni [didatangi dalam mimpi] Mbah Wedok. Dulunya punya jaran, ingon-ingone macan [peliharaannya macan],” kata dia, Rabu (2/2/2022).

Baca Juga: Pamali Suku Banjar Larang Anak Main di Waktu Senja, Ini Alasannya

Warga setempat menghormati para leluhur dukuh. Hal itu tampak pada tradisi warga setempat yang tergolong unik serta terus dilestarikan. Salah satunya tradisi memutari Punden Mbah Mboja tiga kali bagi pasangan pengantin. Saat ngunduh mantu, begitu pasangan tiba di Dukuh Kutukan, harus mengucapkan salam dan memutari punden.

Selain itu, warga biasa melakukan bersih desa setelah panen yang dilakukan sekali dalam satu tahun. Tidak ada aturan kapan harus dilaksanakan, namun biasanya pada Juni sampai September.

“Bulan tidak ditentukan namun harinya ditentukan Sabtu Kliwon,” kata Cipto tanpa bisa menjelaskan alasannya.

Ia hanya menyebut pemilihan Sabtu Kliwon sudah menjadi tradisi para leluhur. Sabtu Kliwon juga menjadi pantangan bagi warga setempat mendirikan rumah.

Baca Juga: Mitos Tarian Bedoyo Srigati di Alas Ketonggo Ngawi

Adapun bersih desa dilakukan hampir sama dengan yang dilakukan di desa lain di mana ada sajian hidangan, antara lain olahan daging ayam. Namun yang unik dari kegiatan bersih desa di Dukuh Kutukan yaitu pagar rumah warga harus tampak bersih dan rapi.

“Sudah panen, kampungnya bersih. Ibaratnya bersyukur lah,” paparnya.

Anggota Komunitas Tilik Ibu Pertiwi Sukowati, Yoto Teguh Pambudi, menjelaskan kewajiban merapikan pagar pada tradisi bersih desa di Dukuh Kutukan menjadi pembeda dengan tradisi bersih desa di tempat lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya