SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, WONOGIRIKopi yang dulunya hanya jadi tanaman penahan erosi dan peneduh tanaman lain kini mulai diperhitungkan para petani di Wonogiri. Nilai perdagangan komoditas kopi yang diproduksi petani Wonogiri mencapai miliaran rupiah tiap kali panen.

Apalagi, produksi komoditas ini terus bertambah dari tahun ke tahun. Dinas Pertanian (Dispertan) Wonogiri mencatat pada 2023, produksi kopi robusta Wonogiri mencapai 48,6 ton/tahun. Itu pun hanya kopi yang ditanam di lahan perorangan.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Belum termasuk kopi yang ditanam sebagian petani di lahan Perum Perhutani dengan skema kerja sama bagi hasil. Pelaku usaha dan pegiat kopi Wonogiri, Bagus Adi Santoso, mengatakan lebih dari 90% kopi Wonogiri adalah kopi robusta.

Produksi kopi robusta Wonogiri saat ini bisa melebihi 60 ton/tahun. Itu hanya dihitung dari produksi kopi robusta di kecamatan dengan kontribusi terbesar seperti Jatiroto, Puhpelem, dan Girimarto.

Harga kopi robusta kualitas baik saat ini mencapai Rp95.000/kg sedangkan kualitas asalan atau biasa sekitar Rp60.000/kg. Kopi robusta di Wonogiri mulai memasuki musim panen pada Juni.

Dia memprediksi saat panen, harga kopi bisa turun menjadi Rp70.000-an per kg. Berdasarkan perhitungan kasar, nilai komoditas kopi robusta di Wonogiri pada panen tahun ini paling tidak mencapai Rp4,2 miliar.

“Saya yakin bisa lebih dari itu. Itu perhitungan kasar saja,” kata Bagus saat berbincang dengan Solopos.com di wilayah Kecamatan Wonogiri, Senin (27/5/2024).

Pemilik Wonogiri Kopi House Wonogirich itu mengatakan produksi kopi robusta terus menunjukkan tren kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini karena petani sudah mulai sadar komoditas kopi bisa mendatangkan keuntungan.

Populasi Tanaman Kopi

Menurut dia, pasar kopi Wonogiri cukup luas. Sebagian petani menjual kopi di pasar-pasar tradisional Wonogiri dan sejumlah daerah di Jawa Timur. Banyak pula yang dipasarkan ke kedai-kedai kopi di Wonogiri. Beberapa lainnya dikirim ke luar daerah.

Pendamping lokal petani Desa Brenggolo, Jatiroto, Wonogiri, Bambang Wakid, mengatakan populasi tanaman kopi di Brenggolo terus meningkat. Para petani secara mandiri sudah menambah batang tanam tanpa harus diminta. Sebab mereka sudah mulai merasakan hasilnya. Saat ini tanaman kopi di Brenggolo sudah mencapai puluhan ribu batang.

Petani kopi Wonogiri, Sular, mengaku sudah menanam kopi sejak 1990-an. Tetapi baru benar-benar merawat tanam itu sejak 2018 karena ada pendampingan dari para pegiat kopi.

Sebelumnya, tanaman kopi itu ditanam hanya sebagai penahan tanah dari erosi agar tidak longsor. Selain itu juga menjadi peneduh tanaman hortikultura yang dia tanam di Desa Conto, Kecamatan Bulukerto, Wonogiri.

“Dulu panennya ya ngawur saja. Dijual langsung ke pasar, murah. Tidak tahu bagaimana cara memproses kopi pascapanen. Padahal yang bikin mahal itu cara proses kopi setelah panen,” kata Sular saat ditemui Solopos.com di Conto, Minggu (26/5/2024).

Sejak awal hingga sekarang, Sular hanya menanam kopi arabika karena lahannya berada di dataran tinggi. Pada 2018-2019, hasil panennya masih di bawah 500 kilogram. Sedangkan hasil panen pada 2023 lalu sudah menyentuh 600 kg.

“Tahun ini saya targetkan bisa panen satu ton kopi. Soalnya saya sudah menambah tanaman, banyak,” ujar dia.

Anggota Staf Bidang Produksi Dispertan Wonogiri, Nur Wahyudi, menyampaikan pada mulanya tanaman kopi memang hanya ditanam sebagai penahan erosi. Sekarang petani sudah mulai menekuni kopi di samping tetap menanam tanaman utama baik pangan maupun hortikultura.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya