Solopos.com, KLATEN – Perhelatan Pemilihan Mas Mbak Klaten 2014 mendapat kritikan dari kalangan budayawan. Ajang pemilihan duta wisata ini dinilai kurang mengeksplorasi budaya Jawa sebagai identitas wong Klaten.
Budayawan Klaten, Ansori, saat berbincang dengan Promosi
Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian
“Mas Mbak malah lebih bangga menyampaikan diri dengan bahasa asing. Ini kan ironis,” ujar dia.
Informasi yang dihimpun “Mas Mbak sebenarnya media yang efektif untuk dijadikan panutan bagi anak muda, tak melulu soal pariwisatanya, tapi juga aspek pemahaman budaya. Kalau ikon anak mudanya saja tercerabut dari identitas wong Jawa, apa yang mau dibanggakan?” tutur lelaki yang juga Ketua Paguyuban Senirupawan Klaten (Pasren) ini. Bupati Klaten, Sunarna, mengaku kurang sreg dengan dekorasi Mas Mbak Klaten yang didominasi warna putih tanpa pemanis lain seperti tanaman dan sejenisnya. “Panggungnya seperti musim saat ini, gersang. Putih semua kayak simbol kematian,” tukas Bupati. Sunarna mendorong panitia melakukan evaluasi menyeluruh untuk penyelenggaraan ke depan.
Terkait ketiadaan poin budaya Jawa dalam penilaian, Kabid Pariwisata Dinas Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Klaten, Dodhy Hermanu, menganggap hal itu sebagai masukan. “Tahun depan akan dikaji ulang format penilaiannya,” kata dia. Ihwal dekorasi, Dodhy mengklaim sudah berusaha menghadirkan panggung yang megah.