Soloraya
Selasa, 21 Juni 2011 - 19:56 WIB

Eka, penderita hydrocephalus butuh uluran tangan

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - BUTUH BANTUAN -- Eka, bayi yang menderita hydrocephalus, tergolek di rumahnya. Pengobatannya membutuhkan biaya besar yang berkesinambungan. (JIBI/SOLOPOS/Oryza Vilosa)

Tri Rahmat Haryanto, 27, warga Ngroggah RT 3/RW IX, Desa Sanggrahan, Grogol, Sukoharjo, tampak bersemangat menyambut kedatangan sejumlah kuli tinta di rumahnya, Selasa (21/6) siang. Beberapa kali, suami Retno Palupi, 23, itu mempersilakan juru warta mengambil gambar putrinya yang terbaring di teras rumah.

BUTUH BANTUAN -- Eka, bayi yang menderita hydrocephalus, tergolek di rumahnya. Pengobatannya membutuhkan biaya besar yang berkesinambungan. (JIBI/SOLOPOS/Oryza Vilosa)

Advertisement
Eka Rosita Rahmawati, putri pertama pasangan itu lahir 10 Januari 2011. Eka terlahir dengan berat badan 2,9 kilogram. Putri itu menderita penyakit hydrocephalus sejak proses persalinan di Rumah Sakit dr Moewardi, Jebres, Solo. “Memang sejak lahir sudah begitu. Belum keluar dari rumah sakit, saya sudah mencari bantuan ke mana saja untuk mengatasi penyakit pada kepala anak saya,” ulas Tri.

Segala cara telah ditempuhnya. Tri menemukan bantuan dari sebuah yayasan bernama Wisma Bunda dan putrinya pun dapat dibiayai menjalani operasi di Rumah Sakit Elizabeth, Semarang, Februari lalu. “Sejak dioperasi, berat Eka menurun. Pemicu tingginya berat badannya memang masalah di kepala itu,” tambahnya.
Tri mengatakan tim dokter memasang selang untuk mengalirkan cairan pada kepala putrinya, yakni selang yang tersambung ke lambung. Selang yang tertanam di dalam tubuh putri itu kemudian mengarahkan cairan dari kepalanya menuju pembuangan di anus.

Namun, Tri kembali cemas saat selang itu berangsur menuju ke permukaan kulit bagian kanan pada kepala Eka. Kondisi itu ditemuinya sejak April lalu. “Berangsur-angsur selang keluar dan melorot ke bawah dan cairan pun menetes keluar. Saya khawatir karena kepala Eka luka dan tak pernah kering,” jelasnya.

Advertisement

Dia pun mencoba menelepon pemberi dana operasi Eka, sebuah yayasan yang berkantor di Semarang. Namun, Tri mendapat jawaban dana itu hanya bisa terkucur untuk sekali penanganan saja. Upaya Tri berlanjut, Eka diperiksakan ke dr Moewardi. “Dokter menyarankan selang dicabut. Namun saya tak tega melihat putri saya di-odhel-odhel terus,” imbuhnya.

Dia berencana mempertimbangkan tindakan penanganan kasus baru pada kepala Eka. Tapi,Tri mengaku bimbang lantaran sudah tak berdaya meladeni biaya pengobatan putrinya. Setiap tanggal muda, Tri pun dihampiri sejumlah penagih hutang. Pasalnya, beberapa surat kendaraan milik beberapa saudaranya telah masuk ke kantor pembiayaan. Kini, hanya doa dan harapan akan datangnya pertolongan yang bisa ia lontarkan.

Oriza Vilosa

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif