Soloraya
Minggu, 14 Maret 2021 - 03:00 WIB

Ekonomi Buruk Akibat Pandemi Covid-19, Disabilitas Solo Bertahan...

Wahyu Prakoso  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Penyandang disabilitas mendengarkan tausiyah saat mengikuti Pesantren Ramadan Anak-Anak Difabel di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam, Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, Selasa (15/7/2014). Pesantren kilat tersebut diisi dengan tausiyah serta pemberian motivasi yang diikuti oleh anak penyandang disabilitas dari berbagai provinsi di Indonesia. (Septian Ade Mahendra/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Kelompok penyandang disabilitas di Kota Solo terdampak pandemi Covid-19. Komunitas penyandang terbatasnya kemampuan mental dan fisik seseorang itu membangun kelompok usaha bersama demi menambah pendapatan atau bertahan pada masa pagebluk yang menyebabkan buruknya perekonomian.

Ketua Komunitas Self Help Group (SHG), Didit, menjelaskan pendapatan sekitar 25 orang anggota berkurang selama pandemi Covid-19. Mayoritas anggota bekerja pada sektor informal, antara lain dengan merintis usaha kerajinan shuttlecock alias kok, makanan ringan, dan kerajinan tangan.

Advertisement

“Saya sendiri memproduksi shuttlecock. Selama pandemi ini pendapatan turun karena sulit mendapatkan bahan baku. Pengusaha besar bisa menyetok bahan baku dan memilih bahan terbaik. Kami kesulitan dan mendapatkan sisanya,” kata dia saat dijumpai di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC), Jl. Slamet Riyadi No.364, Solo, Minggu (7/3/2021).

Baca Juga: Partai Demokrat Jateng Utuh Tolak Hasil KLB

Advertisement

Baca Juga: Partai Demokrat Jateng Utuh Tolak Hasil KLB

Menurut dia, kelompok disabilitas berusaha bertahan dengan mencari penghasilan baru, antara lain menjual pulsa dan mengikuti pelatihan menjahit. Sejumlah anggota yang tergabung komunitas telah rampung mengikuti pelatihan menjahit bersama Daarut Tauhiid (DT) Peduli sejak Desember 2020.

“Kami mendapatkan mesin jahit. Nanti akan kami kembangkan usaha di rumah. Kami bisa mengembangkan produk gamis, masker, celana. Kami juga akan bentuk kelompok usaha bersama,” paparnya.

Advertisement

Baca Juga: Waspada, 12 Zodiak Kerap Keliru Asuh Anak!

Angka tersebut mengalami sedikit penurunan dibandingkan TPAK penyandang disabilitas pada tahun 2016 yang mencapai 48 persen. Angka yang turun atau  kelompok disabilitas tidak berpartisipasi dalam pasar tenaga kerja karena kurangnya ketersediaan lapangan kerja yang layak.

Terpaksa Bertahan

Menurut jurnal internasional tentang manajemen disabilitas Workforce Participation Barriers for People With Disability yang ditulis A. Hogan, Kyaw-Myith S. M, Harris D., dan Denronden H., minimnya akomodasi, sarana, dan prasarana yang memadai untuk penyandang disabilitas di lingkungan kerja menyebabkan rendahnya partisipasi angkatan kerja.

Advertisement

Dukungan dari tempat kerja seperti kebutuhan pelatihan dan akomodasi yang spesifik akan mendorong penyandang disabilitas untuk terjun ke dalam angkatan kerja.

Baca Juga: Peluang Bisnis Tanaman Hias di Mal Terbuka

Satgas Pemberdayaan DT Peduli Solo, Windari Kurnia Handayani, menjelaskan lembaganya memilih pemberdayaan disabilitas karena semua semua anggota SHG paling terdampak ekonomi akibat Covid-19. DT Peduli akan memasarkan produk kelompok disabilitas melalui jaringan sukarelawan serta para donatur.

Advertisement

“Guru kami, AA Gym memiliki adik seorang difabel yang terbatas sekali di lingkungannya. Beliau mensyiarkan kepada kami para santri untuk tidak membedakan difabel sampai akhirnya membuat program bagi difabel,” paparnya.

Menurut dia, karya disbilitas memiliki kualitas yang sama dengan orang nondisabilitas. Sebagian karya busana para penerima manfaat dipamarkan dengan menggelar fesyen show kemarin siang.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

 

Advertisement
Kata Kunci : COVID-19 Disabilitas Solo
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif