SOLOPOS.COM - PKL dadakan menjamur di ruas jalan depan Masjid Agung Madaniyah Karanganyar pada Selasa (14/6/2022). (Solopos.com/Indah Septiyaning Wardani)

Solopos.com, KARANGANYAR — Sejumlah eks pedagang kaki lima (PKL) Masjid Agung Madaniyah Karanganyar kesal dengan Pemkab setempat. Pasalnya, mereka tidak menertibkan PKL dadakan yang berjualan di depan Masjid Agung Karanganyar yang seharusnya steril dari PKL.

Hal ini berbeda dengan yang mereka rasakan pada Maret 2022 lalu. Di mana petugas Dinas Perhubungan dan Satpol PP Karanganyar saat itu menertibkan mereka yang berjualan di depan Masjid Agung Karanganyar dan memindahkannya ke tempat lain.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Mereka dipindahkan  ke sejumlah lokasi di seputar Monumen Gerakan Sayang Ibu pada 21 Maret 2022 lalu. Sebagian dari mereka juga ada yang direlokasi ke sisi timur dan selatan gedung Setda Karanganyar.

Namun sayangnya baru berapa bulan ditertibkan, kawasan steril tersebut kembali dipenuhi PKL. Berdasarkan pantauan Solopos.com, Selasa (14/6/2022), PKL baru dadakan ini menggelar dagangan dengan menggunakan sepeda motor. Mereka berjualan aneka jajanan dan minuman seperti cilok, pentol, burger dan lainnya.

Baca Juga: Siap-Siap! Relokasi PKL Alun-alun Klaten Ditenggat Akhir Pekan Ini

Tak pelak keberadaan pedagang dadakan ini membuat PKL lama yang dulu direlokasi meradang. Mereka menilai Pemkab tidak tegas menindak para pedagang tersebut.

“Kita sudah menurut dipindahkan ke sini [sisi timur Setda]. Kok sekarang banyak PKL baru dan itu didiamkan saja,” ujar salah satu PKL, Wongso.

Semestinya Pemkab tidak tinggal diam dan menindak tegas para PKL dadakan tersebut. Pemkab harus memegang komitmen bahwa kawasan depan Masjid Agung Madaniyah steril dari PKL. Sayangnya Pemkab seolah membiarkan para PKL berjualan di sana.

“Meski pakai motor kan tetap jualan di sana. Harusnya dioprak-oprak itu pedagangnya,” sambung Wongso.

Baca Juga: Sandal Jemaah Rawan Dicuri, Masjid Agung Karanganyar Tambah Kamera CCTV

Tak Ada Tindakan

Dia bahkan mengaku sudah berulang kali melaporkan ke Dinas Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disdagkop dan UKM) terkait maraknya PKL dadakan tersebut. Namun tidak ada tindakan apa pun.

Ironisnya kini jumlah pedagang yang menjual di kawasan tersebut mulai ramai. “Katanya sudah ditegur. Kalau cuma ditegur tidak ada tindakan percuma. Yang lama dibuang yang baru di biarkan saja,” ujarnya kesal.

Pedagang lain, Pardi, menuturkan sejak pindah ke lokasi baru penghasilannya anjlok hingga 50 persen. Padahal selama berjualan di depan Masjid Agung Madaniyah ia bisa memperoleh penghasilan Rp600.000 per hari.

Baca Juga: Gara-gara Dilarang Beroperasi Selama PPKM, PKL Karanganyar Jual TV Untuk Tutupi Kebutuhan

Sejak pindah ke lokasi baru, usaha angkringan yang dikelolanya itu hanya memperoleh penghasilan Rp300.000 per hari.

“Penghasilan berkurang jauh. Tapi kok sekarang banyak pedagang baru di depan masjid,” keluhnya.

PKL lain, Pardi, juga mengaku penghasilannya berkurang. “Nggih sepi teng mriki. Beda di depan masjid, pembelinya ramai. Apalagi masjid dibuka dan lagi ramai-ramainya,” katanya.

Sedikitnya ada 18 PKL yang terdampak penataan kawasan Masjid Agung Madaniyah Karanganyar. Para pedagang tersebut lantas direlokasi ke sisi selatan dan timur dari gedung Sekretaris Daerah (Setda).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya