Soloraya
Jumat, 27 Januari 2023 - 17:43 WIB

Eksis sejak 1980-an, Usaha Tahu di Wonogiri Ini Beromzet Jutaan Rupiah per Hari

Muhammad Diky Praditia  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Perajin tahu, Mulato, mencetak tahu di rumah produksinya di Dusun Bakalan, Desa Mlokomanis, Kecamatan Ngadirojo, Wonogiri, Jumat (27/1/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Desa Mlokomanis Wetan, Kecamatan Ngadirojo, Wonogiri, sudah sejak 1980-an dikenal sebagai daerah industri atau usaha pembuatan tahu. Bahkan omzet perajin tahu di kawasan itu ada yang mencapai jutaan rupiah per hari.

Salah satu perajin tahu di Dusun Bakalan, Kecamatan Mlokomanis, Mulato, saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Jumat (27/1/2023), mengatakan memproduksi tahu dengan bahan kedelai sebanyak 1 kuintal/hari.

Advertisement

Harga satu kuintal kedelai senilai Rp1,5 juta. Dia biasa membeli kedelai di Pasar Baturetno. “Omzetnya kira-kira Rp2,5 juta/hari. Tapi itu benar-benar kotor, belum dikurangi biaya transportasi, bayar tenaga, dan solar untuk mesin penggiling. Iya kalau dihitung betul, paling bersihnya sekitar Rp500.000/hari, bisa kurang malah,” kata Mulato.

Proses pembuatan tahu dengan bahan kedelai sebanyak 1 kuintal membutuhkan waktu paling cepat lima jam. Mulyanto mempekerjakan dua karyawan untuk membantunya usaha tahu di tempatnya di Mlokomanis Wetan, Ngadirojo, Wonogiri. Dengan kedelai sebanyak itu cukup repot jika dikerjakan sendiri. 

Advertisement

Proses pembuatan tahu dengan bahan kedelai sebanyak 1 kuintal membutuhkan waktu paling cepat lima jam. Mulyanto mempekerjakan dua karyawan untuk membantunya usaha tahu di tempatnya di Mlokomanis Wetan, Ngadirojo, Wonogiri. Dengan kedelai sebanyak itu cukup repot jika dikerjakan sendiri. 

Sebab sekali kedelai diproses menjadi tahu maka hampir tidak bisa ditinggalkan dalam waktu lama. Setiap tahapan pembuatan tahu harus dilakukan dengan cepat agar hasil yang didapatkan baik.

Menurut Mulyanto, proses produksi tahu gampang-gampang susah. Tahapan pertama membuat tahu adalah merendam kedelai selama dua jam. Kemudian dilakukan penggilingan.

Advertisement

Harga Kedelai Tinggi Jadi Kendala

Pantauan Solopos.com di lokasi usaha tahu milik Mulato di Mlokomanis Wetan, Wonogiri, kedelai yang sudah digiling dipanaskan dengan cara diuapi. Uap itu dihasilkan dari rebusan air di dalam drum bekas minyak goreng. Api untuk merebus air itu bersumber dari kayu bakar dan limbah jagung.

Dari drum itu terpasang pipa yang mengarah ke tempat penguapan. Tahapan penguapan membutuhkan waktu sekitar 15-20 menit hingga mendidih. Kemudian lumpur kedelai itu disaring menggunakan kain penyaring.

Dia menjelaskan satu kuintal kedelai bisa untuk 50 blok cetakan tahu dengan ukuran sekitar 50 cm x 50 cm. Satu kotak cetakan pada umumnya bisa menghasilkan sekitar 50 potongan tahu kecil-kecil. 

Advertisement

“Dengan peralatan yang ada. Untuk menyelesaikan satu kuintal kedelai. Butuh 10 kali proses pembuatan tahu. Satu kali proses didapatkan lima blok cetakan tahu,” jelas Mulato. 

Dia menambahkan kendala yang kerap dihadapi para perajin tahu Mlokomanis Wetan, Wonogiri, dalam menjalankan usaha mereka adalah kenaikan harga kedelai. Ketika harga kedelai tinggi, maka keuntungan yang didapatkan semakin tipis. Produsen tidak berani menaikkan harga jual tahu kepada konsumen karena pasti akan diprotes. 

Cara untuk menyiasati jika ada kenaikan harga kedelai biasanya dengan mengurangi ukuran tahu. Meski kadang diprotes pelanggan, hal itu menjadi cara paling efektif bagi produsen agar tetap mendapatkan untung.

Advertisement

“Satu potong tahu harganya mulai Rp200/potong-Rp500/potong. Bergantung dengan ukuran. Ini lumayan, harga kedelai lagi turun jadi Rp14.000/kg, kemarin sampai Rp17.000/kg. Kalau sudah naik, kami pusing,” ucapnya. 

Memanfaatkan Biogas

Selain dari hasil menjual tahu, Mulato juga masih mendapatkan tambahan penghasilan dari menjual ampas tahu. Satu kuintal kedelai menghasilkan delapan ember ampas dengan berat satu ember ampas lebih kurang 10 kg. Satu ember ampas tahu dijual seharga Rp12.000. 

“Selain itu, di sini, air limbah dari proses produksi tahu tidak langsung dibuang. Tapi diproses kembali untuk jadi biogas. Lumayan, kami tidak perlu beli elpiji lagi,” ujar dia.

Perajin lain di Dusun Bakalan, Sukiman, memproduksi lebih sedikit tahu. Dia hanya memproduksi tahu dengan bahan kedelai sebanyak 25 kg. Hal itu lantaran pemasaran usaha tahu milik Sukiman hanya di Pasar Wonogiri.

Di sisi lain, dia tidak punya cukup modal untuk memproduksi tahu lebih banyak. “Kalau di sini skalanya kecil. Panasin kedelainya juga direbus bukan diuapi. Selain itu belum punya sistem biogas,” kata Sukiman. 

Sukiman tidak menyebutkan secara pasti berapa omzet yang ia dapatkan per hari dari produksi tahu. Tetapi dengan harga kedelai Rp14.000/kg, dia sedikitnya mengeluarkan Rp350.000 untuk membeli kedelai. 

“Kalau itu [omzet] saya tidak menghitung berapa pastinya. Yang jelas masih ratusan ribu rupiah,” ujar Sukiman. Sekretaris Desa Mlokomanis, Anjar Budi Prasetyo, menyampaikan ada puluhan warga yang menjadi perajin tahu dan tempe di Desa Mlokomanis.

Perajin terbanyak ada di Dusun Bakalan dengan jumlah 14 perajin skala rumahan. Menurutnya, usaha pembuatan tahu itu sudah turun temurun sejak dulu.

”Zamannya nenek saya juga sudah ada usaha itu. Skala produksinya  berbeda seriap produsen, mulai dari puluhan hingga ratusan kg/hari,” kata Anjar saat ditemui Solopos.com di Kantor Desa Mlokomanis Wetan, Jumat.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif