Solopos.com, KARANGANYAR–Berwisata ke Grojogan Sewu di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, wisatawan biasanya mendokumentasikan momen-momen mereka dengan berfoto.
Aktivitas berfoto ini dapat mereka lakukan dengan mudah menggunakan ponsel. Karena pada zaman sekarang, hampir semua produk alat komunikasi tersebut sudah dilengkapi dengan kamera. Kebanyakan orang sekarang sudah memiliki ponsel.
Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya
Berbeda dengan zaman dahulu, berfoto dilakukan dengan alat yang dibuat khusus untuk mengambil gambar tersebut. Selain itu kamera masih sangat jarang dan harganya pun mahal.
Sehingga untuk mengabadikan momen-momen berwisata, pengunjung menggunakan jasa foto setempat.
Sementara itu, para penyedia jasa foto menggunakan kamera polaroid. Dengan alat tersebut, hasil cetakannya langsung jadi (instan) melalui perangkat di kamera yang sama.
Baca Juga: Pengunjung Grojogan Sewu Tawangmangu Naik 2 Kali Lipat
Hingga sekarang, para pelaku jasa foto di Grojogan Sewu itu masih ada. Tapi tentu mereka sudah tidak menggunakan kamera polaroid, melainkan menggunakan kamera digital. Hal ini menjadi cara mereka tetap eksis di tengah perkembangan zaman.
Salah satu penyedia jasa foto di Grojogan Sewu yang memulai profesinya sejak 1984, Hendro Darmanto, menceritakan bahwa pada awalnya ia menggunakan kamera polaroid. Beberapa tahun kemudian ia beralih ke merek Instax keluaran Fuji dengan fungsi yang sama.
Seiring berjalannya waktu, teknologi fotografi pun bergeser ke kamera manual dengan pemakaian film negatif (klis).
Foto instan pun kurang diminati dan mulai banyak wisatawan yang meminta menggunakan film negatif.
Dengan film negatif ini pengguna jasa bisa mencetak foto sendiri di lain tempat sebanyak yang mereka mau dan dengan ukuran yang diinginkan.
Baca Juga: 5.000 Pengunjung Serbu Grojogan Sewu Tawangmangu, Sesuai Target?
“Setelah era Polaroid dan Instax lewat, saya ganti ke film negatif. Jadi hasil pemotretan tetap disimpan di dalam rol negatif dan itulah yang mereka bayar. Nilai bayarannya disesuaikan dengan jumlah film [frame] di dalamnya, ada yang satu rol isi empat frame, ada yang enam frame, dan seterusnya,” ujar warga Tawangmangu berusia 64 tahun ini.
Sementara itu, teknologi kamera terus berkembang dan memasuki era kamera digital. Lagi-lagi, Hendro pun harus mengikutinya. Kamera manual yang sudah ia pakai untuk mencari nafkah bertahun-tahun harus dipensiunkan.
“Sekarang pakai kamera digital. Pelanggan bisa meminta cetak langsung atau hanya minta file-nya,” imbuh Hendro.
Pelaku jasa foto lainnya, Elly, mengatakan sama halnya dengan Hendro. Ia harus mengikuti perkembangan teknologi kamera untuk menyesuaikan dengan zaman.
“Kalau tidak begitu ya tidak jalan. [Teknologi] kamera terus berubah dan kamera lama sudah ditinggalkan. Selain itu, sekarang mau pakai kamera manual dengan film negatif juga sudah tidak mungkin,” ujar Elly yang sudah menggeluti profesinya sejak 25 tahun silam.
Baca Juga: Begini Foto-Foto Hari Pertama Uji Coba Pembukaan Objek Wisata Grojogan Sewu Tawangmangu
Untuk tarif jasa foto berikut satu lembar cetakannya, para pelaku di sana memasang harga Rp10.000 untuk ukuran kertas foto 4R dan Rp25.000 untuk ukuran 10R.
Sementara itu, soal jumlah pelanngganya saat ini, ia mengatakan sedikit berkurang dibandingkan dengan zaman dahulu.
“Ya sedikit berkurang. Kalau sekarang paling banyak pelanggannya ya hari Sabtu atau Minggu, bisa sampai 15 orang atau 20 orang. Kalau hari biasa ya ada lah,” ujarnya seraya menambahkan saat ini ada tujuh orang penyedia jasa foto di Grojogan Sewu tersebut.
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
