Soloraya
Jumat, 23 September 2022 - 18:01 WIB

Eksodan Aceh di Wonogiri Telah Tempati Hunian Sementara Selama 20 Tahun

Luthfi Shobri Marzuqi  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Deretan hunian sementara (Huntara) eksodan asal Aceh di Dusun Pakem, Desa Watuagung, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri, yang didirikan sejak 2002. Foto diambil, Minggu (11/9/2022). (Solopos.com/Luthfi Shobri M.)

Solopos.com, WONOGIRIWarga eksodan asal Aceh yang singgah di hunian sementara (Huntara) segera pindah ke rumah unggul sistem panel instan (Ruspin) jika sudah dilengkapi fasilitas listrik dan air. Saat meninggalkan Huntara yang sudah ditempati selama 20 tahun, warga eksodan dapat mengambil bahan bangunan yang diperlukan di hunian tersebut.

Berdasar informasi yang dihimpun Solopos.com, Ruspin bantuan dari Dinas Perumahan dan Permukiman (Disperakim) Jateng kepada 27 keluarga eksodan asal Aceh di Kabupaten Wonogiri telah selesai dibangun. Meski begitu, mayoritas keluarga itu belum menempatinya.

Advertisement

Listrik dan air yang dibutuhkan warga eksodan asal Aceh belum tersedia di rumah permanen itu. Sehingga, mayoritas eksodan masih bertahan di Huntara.

Sebagian menempati Huntara di Dusun Selomoyo, Desa Selomarto, Kecamatan Giriwoyo. Sebagian lainnya menempati Huntara di Dusun Mengger, Desa Bumiharjo, Kecamatan Giriwoyo.

Advertisement

Sebagian menempati Huntara di Dusun Selomoyo, Desa Selomarto, Kecamatan Giriwoyo. Sebagian lainnya menempati Huntara di Dusun Mengger, Desa Bumiharjo, Kecamatan Giriwoyo.

Ketua kelompok masyarakat (Pokmas) eksodan asal Aceh di Dusun Selomoyo, Sukarno, mengatakan, seluruh keluarga eksodan yang menempati Huntara di dusun setempat bakal pindah jika Ruspin yang disediakan sudah difasilitasi listrik dan air. Selama ini, huntara yang ditempati berada di atas lahan milik Pemkab Wonogiri.

“Semuanya [13 keluarga eksodan di Dusun Selomoyo] pindah. Kami sadar, Huntara ini hak pakai. Hak huni. Sementara Ruspin itu hak milik kami meski sekarang belum layak dihuni karena listrik dan air belum ada,” kata Sukarno kepada Solopos.com, Jumat (23/9/2022).

Advertisement

Hal ini berbeda dengan warga eksodan yang bertempat tinggal di Huntara Dusun Pakem, Desa Watuagung, Kecamatan Baturetno. Huntara yang ditempati 14 keluarga di dusun itu tak semuanya dibongkar. Beberapa warga rencananya masih menempati Huntara meski Ruspin sudah dibangun.

Ketua Pokmas eksodan asal Aceh di Dusun Pakem, Tukijan, mengatakan terdapat keluarga eksodan yang anaknya telah menikah dan mempersilakan anaknya itu menempati Huntara. Hal itu seperti anaknya sendiri yang telah menikah dan sudah berkeluarga sendiri.

Ia mempersilakan anaknya menempati Huntara di Dusun Pakem. Sementara ia dan istrinya akan menempati Ruspin.

Advertisement

“Sebenarnya kan ada 14 keluarga eksodan yang mendapat jatah Ruspin. Tapi sekarang jumlahnya di Huntara sudah 19 keluarga. Jadi nantinya yang menempati Ruspin 14 keluarga. Sedangkan lima keluarga lainnya tetap di Huntara,” jelas Tukijan kepada Solopos.com, Jumat.

Meski seperti itu, keluarga yang menetap di Huntara itu nantinya siap berpindah jika tanah Huntara tersebut akan dimanfaatkan Pemkab Wonogiri.

“Kalau masih bisa ditempati, kami tempati. Tapi kalau pemerintah mau menggunakan tanahnya, otomatis keluarga yang masih di Huntara harus pindah. Soalnya memang itu tanah milik pemerintah. Kami hanya menghuni, diberi tempat sementara,” ungkapnya.

Advertisement

Bupati Wonogiri, Joko Sutopo alias Jekek, mengaku belum kepikiran memanfaatkan tanah Pemkab Wonogiri yang dijadikan Huntara para eksodan asal Aceh. Sebaliknya, Pemkab Wonogiri lebih memikirkan supaya para eksodan dapat menempati rumah bersanitasi baik.

“Minimal ada listrik, air, layak huni. Kalau itu sudah klir, setelah itu kami pikirkan pemanfaatan lahannya akan dikemanakan. Progresnya sekarang, penyediaan listrik sudah disiapkan CSR [corporate social responsibility] dari PLN [perusahaan listrik negara],” katanya, Selasa (20/9/2022).

Ia menambahkan, Ruspin yang dibangun untuk 27 keluarga eksodan asal Aceh di Kabupaten Wonogiri merupakan bagian dari upaya penyelesaian kemiskinan secara kolektif.

“Tidak bisa memandang ini wilayahnya siapa. Mau daerah, provinsi, dan pusat, harus bersama-sama menyelesaikan persoalan kemiskinan,” tambah Jekek.

Sebagai informasi, eksodan asal Aceh yang menempati Huntara bantuan dari Pemkab Wonogiri berjumlah 42 keluarga. Rinciannya, 13 keluarga menempati Huntara di Desa Selomarto (Giriwoyo), 14 keluarga di Desa Watuagung (Baturetno), dan 15 keluarga di Desa Sirnoboyo (Giriwoyo).

Sejumlah 15 keluarga eksodan di Desa Sirnoboyo telah mendapat rumah permanen. Rumah tersebut merupakan bantuan dari Pemkab Wonogiri dan CSR BRI tahun 2016. Sementara, 27 keluarga di Desa Selomarto dan Watuagung baru mendapat rumah permanen pada 2022. Rumah tersebut bersumber dari bantuan Disperakim Jateng.

Puluhan keluarga tersebut mulanya memang warga asli Wonogiri. Pada masa pemerintahan Orde Baru, mereka mengikuti transmigrasi ke Aceh yang diprogramkan pemerintah.

Mereka terpaksa kembali ke tempat asal di Wonogiri lantaran terjadi konflik antara kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah Indonesia di tahun 1999. Pada 2002, Pemkab Wonogiri memberi warga eksodan bantuan berupa Huntara.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif