Soloraya
Jumat, 14 Oktober 2011 - 15:06 WIB

Ekspor September turun

Redaksi Solopos.com  /  Budi Cahyono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SOLO—Ekspor Solo di bulan September turun tajam sampai 50% dibandingkan bulan Agustus. Ekspor pada bulan itu tercatat hanya US$3,11 juta, sedangkan ekspor Agustus mencapai US$6,26 juta.

Kalangan eksportir menduga penurunan itu berkaitan dengan sikap buyer yang mengundur pembayaran lantaran terjadinya krisis keuangan di sejumlah negara.

Advertisement

Kepala Seksi Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Solo, Endang K Maharani, mengungkapkan ekspor memang tampak turun tajam pada bulan September.

Penurunan paling kentara, terlihat pada komoditas batik, yang turun dari US$2,29 juta menjadi hanya US$686.954, atau turun 70% dibandingkan kondisi Agustus 2011.

Advertisement

Penurunan paling kentara, terlihat pada komoditas batik, yang turun dari US$2,29 juta menjadi hanya US$686.954, atau turun 70% dibandingkan kondisi Agustus 2011.

Selain batik, komoditas tekstil dan produk tekstil (TPT) dan mebel juga turun. TPT turun dari US$2,75 juta menjadi US$1,56 juta. Sedangkan komoditas mebel, ekspor turun dari US$567.803 menjadi US$401.276.

“Berdasarkan surat keterangan asal (SKA) yang kami terbitkan memang terjadi penurunan. Bahkan jenis komoditas yang diekspor pun berkurang, dari sebelumnya sampai 10 komoditas, kini hanya 7 komoditas,” terang Endang, saat ditemui wartawan, di ruang kerjanya, Jumat (14/10).

Advertisement

Menurut dia, banyak faktor menyebabkan hal itu. Salah satunya, berkaitan dengan krisis keuangan di sejumlah negera tujuan ekspor yang belum juga pulih.

Di negara-negara tersebut, para buyer perlu melakukan penyesuaian cash flow sebelum memutuskan memesan produk. Penyesuaian itu berimbas pada perubahan jangka waktu pembayaran.

“Biasanya order, sebulan dibayar. Tapi sekarang ini, bisa mundur dua bulan, tiga bulan, bahkan empat bulan. Bagi ekportir yang tak punya cukup modal pembayaran mundur akan jadi masalah. Kalau tidak bisa bayar dalam jangka waktu sebulan dua bulan, lebih baik tidak ekspor,” terang David.

Advertisement

Lebih jauh, dia menjelaskan belum pulihnya pasar ekspor sepenuhnya juga tampak dari terjadinya fluktuasi nilai ekspor dalam beberapa bulan terakhir.

Di kalangan eksportir pun, kondisi pasar itu terlihat dari tidak meratanya penyebaran ekspor. Biasanya, saat pasar ekspor membaik semua pengusaha mebel di Tanah Air bisa merasakan. Namun kali ini, ada pengusaha yang mendapat pesanan cukup besar, namun ada pula yang sepi pesanan.

“Penyebarannya tidak merata pengusaha ini dapat order, yang lain tidak. Biasanya kalau pasar sedang baik, semua pengusaha pasti kena imbas baik juga.”(JIBI/SOLOPOS/TSA)

Advertisement

 

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif