Solopos.com, SOLO–Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menjelaskan semua wilayah Jateng terdampak fenomena El Nino. Bupati dan wali kota diminta mengatasi fenomena kekeringan dan mengantisipasi kebakaran di Jateng.
Sebagai informasi, El Nino merupakan peristiwa anomali di Samudra Pasifik yang ditandai dengan menghangatnya suhu permukaan laut dan menurunnya curah hujan.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG Jateng memperkirakan musim kemarau disertai fenomena El Nino akan berlangsung hingga awal 2024.
Ganjar menjelaskan semua daerah di Jateng terdampak El Nino. Pemprov Jateng mengirimkan bantuan air ke sejumlah wilayah setiap hari.
Ganjar menjelaskan semua daerah di Jateng terdampak El Nino. Pemprov Jateng mengirimkan bantuan air ke sejumlah wilayah setiap hari.
“Kami minta teman-teman bupati dan wali kota untuk selalu mendata, melaporkan mana yang membutuhkan. Sampai hari ini kami masih bisa membantu dengan baik ya,” kata dia ditemui wartawan di Balai Kota Solo, Kamis (24/8/2023).
Menurut Ganjar, daerah-daerah yang terdampak El Nino yang membutuhkan bantuan diminta segera menghubungi bupati atau wali kota atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng.
Kepala BMKG Jateng, Sukasno, mengatakan musim kemarau ini di Jawa Tengah sedikit berbeda dibandingkan tiga tahun lalu. Sukasno menyebut tiga tahun lalu fenomena La Nina lebih dominan. Sedangkan saat ini lebih cenderung El Nino yang dominan.
“Kemungkinan musim kemaraunya agak mundur sedikit,” kata Sukasno saat ditemui wartawan dalam acara apel siaga bencana di Lapangan Ringinlarik, Musuk, Boyolali , Rabu (23/8/2023).
Dia menjelaskan biasanya musim kemarau hanya sampai September. Namun, ia memperkirakan akibat El Nino musim kemarau di Jateng bisa mundur hingga Desember, bahkan hingga Januari-Februari 2024.
Sukasno mengatakan dampak El Nino adalah berkurangnya jumlah curah hujan. Normalnya pada Desember curah hujan berkisar 150 milimeter (mm). Namun, akibat dampak El Nino, pada bulan yang sama akan kurang dari 150 mm.
“Kalau di Jawa ini, termasuk di Boyolali, dampaknya untuk Kecamatan Musuk ini sudah tiga bulan lebih tidak ada hujan. Jadi berturut-turut 90 hari,” kata dia.