Soloraya
Kamis, 24 April 2014 - 01:17 WIB

ELECTRONIC SOLUTION : Persaingan Pasar Elektronik Jateng Berat, Electronic Solution Tawarkan Konsep Pameran

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pemimpin Redaksi Solopos Adhitya Noviardi (kiri) dan Pemimpin Perusahaan PT Aksara Solopos Bambang Natur Rahadi (tengah) menyimak penjelasan Head of Marketing Electronic Solution Willy Sutanto di Griya Solopos, Solo, Jawa Tengah, Rabu (23/4/2014). (Alvari Kunto P./JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Salah satu perusahaan ritel elektronik di Indonesia, Electronic Solution, menyatakan persaingan pasar elektronik di wilayah Jawa Tengah (Jateng) lebih berat dibanding daerah lain di Jawa. Hal itu karena masyarakat Jateng masih identik dengan toko elektronik tradisional atau toko yang berdiri di tepi jalan, di luar pusat perbelanjaan. Lagi pula, sebagian toko elektronik tradisional kini beradaptasi mengikuti konsep toko elektronik modern.

Jejaring toko modern dengan komoditas khusus peranti elektronik itu berdiri pada 2005 dan memiliki tiga toko di Solo, yakni di Solo Square, Solo Grand Mall (SGM), dan Solo Paragon Lifestyle Mall, Jejaring toko modern ini memilih menyasar pusat perbelanjaan dan tidak bermain pada penjualan tradisional.

Advertisement

“Pasar di Sumatra dan Indonesia timur lebih menarik dibanding wilayah lain. Bukan berarti pasar di Jawa stagnan. Kami sebagai pemain baru ritel elektronik butuh banyak perjuangan,” kata Head of Marketing Electronic Solution, Willy Sutanto, saat berkunjung ke Griya Solopos, Solo, Jawa Tengah, Rabu (23/4/2014).

Willy mengatakan mampu meraih beberapa pasar elektronik di luar Pulau Jawa, seperti Sumatra, Batam, Pekanbaru, dan lain-lain. Namun dia mengalami kesulitan meraih pasar di Jawa, khususnya Jateng. Dia menuturkan pencapaian penjualan produk pada setiap ritel di Jateng lebih buruk dibanding dua wilayah lain, yakni Jawa Timur (Jatim) dan Jawa Barat (Jabar).

“Ini unik. Jadi pekerjaan rumah. Padahal penjualan di Jogja masih bisa meningkat. Kami ini tidak bisa tawar menawar. Tetapi kami menawarkan fasilitas nilai tambah, seperti asuransi. Sudah kami lakukan di Jakarta saat banjir. Itu sebagai servis. Tetapi strategi setiap daerah berbeda,” ujar dia.

Advertisement

Willy mengungkapkan rata-rata masyarakat di Jateng memilih berbelanja di toko elektronik tradisional karena kebiasaan. Padahal dia mengklaim sejumlah toko tradisional tidak memasang produk yang ditawarkan. Seharusnya hal itu menjadi nilai minus toko elektronik tradisional karena pembeli tidak dapat mengecek barang yang hendak dibeli.

Meski demikian, Willy sempat pula mengaku kaget sejumlah toko tradisional mulai meniru konsep penjualan toko elektronik modern. Sejumlah toko elektronik tradisional memiliki lahan cukup luas untuk memasang contoh produk. “Kami menggunakan konsep pameran sehingga pembeli dapat melihat model dan display barang,” tutur dia.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif