Soloraya
Sabtu, 8 Agustus 2015 - 02:10 WIB

ELPIJI SOLO : Pasokan Gas Melon di Soloraya Ditambah 12,7%

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi penjualan elpiji (Iskandar/JIBI/Solopos)

Elpiji Solo akan ditambah sebesar 12,7 persen.

Solopos.com, SOLO — Pasokan elpiji 3 kilogram (kg) pada bulan ini ditambah hingga 12,7% dari alokasi normal untuk wilayah Soloraya. Hal ini sebagai antisipasi melonjaknya permintaan masyarakat karena memasuki musim kemarau dan banyak hajatan.

Advertisement

Perwakilan Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Soloraya, Budi Prasetyo, mengatakan penambahan pasokan di masing-masing kabupaten/kota ini berbeda. Menurut dia, Sragen mendapat tambahan pasokan paling banyak, yakni 16% dari alokasi normal kemudian disusul Wonogiri dengan penambahan sekitar 14%. Namun untuk Solo, Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali, dan Klaten mendapat penambahan pasokan yang sama, yakni masing-masing 12%.

“Sragen paling banyak diberi penambahan pasokan karena memasuki musim kemarau dan sedang musim tanam sehingga biasanya ada petani yang memanfaatkan untuk memompa air,” ungkapnya kepada Solopos.com, Jumat (7/8/2015).

Dia mengatakan penambahan tersebut bukan berarti elpiji diperbolehkan untuk mengairi sawah tapi Hiswana Migas, Pertamina maupun pemda sulit untuk menindak hal itu. Selain itu, banyaknya masyarakat yang punya hajat dan peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-70 Indonesia juga turut menjadi alasan penambahan pasokan. Oleh karena itu, gas melon ini dinilai tidak akan menyumbang banyak inflasi pada bulan ini.

Advertisement

Wakil Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Solo, Ismet Inono, mengatakan adanya musim haji, banyaknya masyarakat yang punya hajat, dan musim kering mengancam inflasi Solo. Meski begitu, Bank Indonesia (BI) Solo memprediksi inflasi Agustus tidak akan setinggi Juli yang mencapai 0,93%.

Menurut dia, survei pemantauan harga (SPH) pada pekan pertama cenderung deflasi karena harga turun. Ancaman musim kering dinilai tidak akan berdampak besar terhadap perubahan harga. Hal ini karena kondisi cenderung normal, seperti saat ini sedang panen untuk masa tanam (MT) II sehingga harga beras cenderung normal. Apalagi bulog memastikan masih ada pasokan beras yang cukup untuk enam bulan hingga delapan bulan ke depan.

Kepala Dinas Pertanian Solo, Weni Ekayanti, mengungkapkan harga daging sapi masih tinggi karena permintaan masyarakat tinggi, terutama untuk hajatan. Oleh karena itu, beberapa diantaranya ada yang beralih ke daging ayam ras karena harganya masih terjangkau.

Advertisement

“Kerja sama dengan TPID se-Soloraya terus dilakukan untuk menjaga ketersediaan pasokan pangan melalui data surplus dan defisit neraca pangan,” kata Ismet saat rapat TPID Solo di Kantor BI Solo.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif