SOLOPOS.COM - Ribuan orang memadati lokasi Pasar Bahulak di Desa Karungan, Kecamatan Plupuh, Sragen, saat liburan Tahun Baru 2023, Minggu (1/1/2023). (Istimewa/Joko Sunarso)

Solopos.com, SRAGEN — Ada kabar bahagia, embrio desa wisata di Kabupaten Sragen tumbuh. Selama 2022, jumlah embrio desa wisata bertambah 11 desa, yakni dari 24 desa di 2021 menjadi 35 desa di 2022.

Sementara desa wisata yang sudah mendapatkan surat keputusan (SK) Bupati Sragen masih cuma empat desa. Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Sragen menargetkan desa wisata yang ber-SK bertambah 10 desa.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Empat desa yang sudah mengantongi SK Bupati itu di antaranya Desa Wisata Batik Kliwonan di Kecamatan Masaran dan Desa Wisata Siwur Emas Pilangsari di Kecamatan Gesi. Dua lainnya adalah Desa Wisata Sangiran Krikilan di Kecamatan Kalijambe dan Desa Wisata Pasar Bahulak Karungan, Kecamatan Plupuh.

“Untuk menjadi desa wisata dengan SK Bupati itu ada persyaratan yang diatur dalam Peraturan Gubernur No. 53/2019. Persyaratan menjadi desa wisata itu tidak cukup dengan atraksi wisata dan objek wisata. Tetapi yang paling berat itu harus ada home stay dan prasarana pendukung yang semuanya masuk aset desa,” jelas Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Disparpora Sragen, Sutrisna, saat berbincang dengan Solopos.com di kantornya, Rabu (18/1/2023) siang.

Dalam penjelasan itu, Sutrisna didampingi dua kepala bidang (kabid) dan satu subkoordinator yang membidangi tentang destinasi wisata. Ia menjabarkan untuk menjadi desa wisata harus ada kreativitas dari desa sehingga memunculkan inovasi. Ketika kreativitas dan inovasi itu dikemas dan didasarkan pada nilai-nilai sejarah desa maka desa wisata itu akan memiliki nilai tambah yang berbeda dengan lainnya.

Dia menerangkan embrio desa wisata yang ada di Sragen itu masih dalam kategori wisata desa karena baru memiliki potensi wisata desa. Contohnya atraksi wisata, objek wisata, usaha mikro kecil menengah (UMKM), kuliner, tetapi belum memiliki event.

Dia menyebut Pasar Kawak di Gebang, Kecamatan Masaran itu masuk dalam kategori wisata desa. “Desa Kaliwedi yang memiliki wahana permainan air dan kebun buah juga masih kategori wisata desa,” jelasnya.

Kendala Pengembangan Desa Wisata

Subkoordinator Izin Usaha Pariwisata Disparpora Sragen, Luthfia Maharani, menerangkan pada 2023 desa-desa yang memiliki potensi lebih diarahkan bisa mendapatkan SK Bupati. Hani, sapaan akrabnya, berharap ada 10 desa yang bisa mendapat SK Bupati sebagai desa wisata. Sepuluh desa itu masih dalam kajian tim Disparpora Sragen.

“Penekannya badan usaha milik desa (BUMDes) yang mengelola desa wisata harus jalan dulu. Selama ini BUMDes yang tidak jalan menjadi kendala. Kami juga harus mengecek potensi desa yang dimiliki benar-benar masuk aset desa atau tidak. Mekanismenya nanti juga melewati musyawarah desa,” ujarnya yang dibenarkan Kabid Detinasi Pariwisata Disparpora Sragen, Y. Wahyu Aji Widodo.

Hani menyampaikan empat desa yang sudah ber-SK Bupati sebagai desa wisata itu dalam pengembangannya diserahkan kepada pemerintah desa masing-masing. Desa Wisata Sangiran sebenarnya sudah bisa mandiri, tetapi terkendala pada event yang belum rutin dilaksanakan.

Sementara Desa Wisata Kliwonan di Masaran, jelas Hani, masih mengendalkan pada sektor batik. “Desa Wisata Pilangsari, Gesi, juga belum maksimal karena pemberdayaan masyarakatnya belum maksimal. Hanya Desa Wisata Bahulak Karungan i Plupuh yang sudah berjalan dan bisa meraih penghargaan nasional,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya