SOLOPOS.COM - BPBD Boyolali saat mengirimkan air bersih ke daerah terdampak kekeringan beberapa waktu lalu. (Solopos.com/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI–Warga yang terdampak kekeringan dan membutuhkan pasokan air bersih di Kabupaten Boyolali bisa mengajukan permintaan bantuan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali. Prosedur permintaan air bersih ke BPBD Boyolali bisa dimulai dari tingkat RT.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Boyolali, Suparman, mengungkapkan bagi masyarakat yang memang terdampak kekeringan bisa mengajukan bantuan air bersih ke BPBD Boyolali dengan membuat permohonan lewat RT masing-masing tempat tinggal.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Nanti lewat WA Pusdalops dulu enggak apa-apa. Kemudian nanti disusul surat dari RT yang mengetahui camat dan lurah atau kades setempat selaku pemangku wilayah. Mereka kan yang tahu kondisinya dan untuk memberikan pengawasan pendistribusian air,” ujar dia saat ditemui Solopos.com di kantornya, Senin (7/8/2023)

Dikutip dari bio akun Instagram BPBD Boyolali @bpbdboyolali, nomor WA Pusdalops yakni 0811-2950-033.

Lebih lanjut, Suparman meminta masyarakat untuk mempersiapkan tandon ketika BPBD Boyolali mengirimkan air. Hal tersebut berguna untuk mempercepat pendistribusian air bersih.

Menurutnya, ketika harus mengisi jeriken atau ember warga satu per satu akan memakan waktu. Ketika air ditampung dengan tandon warga dulu, maka air akan dialirkan ke tandon secara cepat. Lalu warga bisa mengambilnya dari tandon.

“Makanya kami memberikan informasi kepada kepala desa atau lurah, pak camat juga, untuk memberikan pengawasan kepada masyarakat, untuk menyiapkan tandon-tandon tersebut,” kata dia.

Sebelumnya diberitakan, enam kecamatan di Boyolali masuk dalam peta rawan kekeringan 2023. Enam kecamatan tersebut antara lain Wonosamodro, Wonosegoro, Juwangi, Kemusu, Musuk, dan Tamansari.

Suparman mengungkapkan sejak Juli, baru ada empat kecamatan yang mengajukan permintaan air bersih yaitu Wonosamodro, Wonosegoro, Kemusu, dan Tamansari. Namun, ia mengungkapkan tidak semua desa di empat kecamatan tersebut meminta bantuan air bersih.

“Terhitung sejak Juli hingga hari ini kami sudah menyalurkan 48 tangki air bersih. Per tangki berisi 5.000 liter,” ujar dia.

Lebih lanjut, ia memprediksi kemarau pada 2023 ini akan lebih panjang dibandingkan 2022 karena El Nino. Sebagai informasi, El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya di Samudera Pasifik bagian tengah hingga timur.

Hal tersebut dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah sekitarnya, termasuk Indonesia.

“Walaupun SK [Surat Keputusan] Bupati [terkait kekeringan] berlaku mulai 1 Juli sampai 1 Oktober, tapi karena prediksi kemarau panjang, pemerintah daerah lewat BPBD akan menyesuaikan,” jelas dia.

Dia memprediksi dampak kekeringan akibat El Nino bisa sampai November bahkan pertengahan Desember. Suparman mengungkapkan BPBD Boyolali telah menyiapkan 400-an tangki air bersih yang nantinya dapat digunakan untuk daerah rawan bencana kekeringan pada 2023 ini.

“Di enam kecamatan yang masuk dalam peta rawan bencana kekeringan tersebut, hampir seluruh desa terkena dampak. Ada sekitar 127.904 jiwa yang terkena dampaknya,” kata dia.

Walaupun hampir seluruh desa terkena dampak, Suparman menggaris bawahi sudah ada beberapa dukuh yang tidak terdampak karena sudah memiliki sumur dalam atau sistem pengairan buatan lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya