Solopos.com, WONOGIRI — Warga Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, mempunyai tradisi unik dalam memenuhi kebutuhan keuangan masyarakat. Tradisi bernama entre atau sokongan itu hingga kini masih lestari di sejumlah dusun dan menjadi andalan warga yang akan punya hajat atau keperluan yang memerlukan biaya besar.
Misalnya saat Eko Pambudi, 18, meminta uang kepada bapaknya, Rajimin, 47, untuk membayar biaya masuk kuliah di Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer atau STMIK (sekarang Universitas) Amikom Jogja senilai Rp16,8 juta. Bagi Rajimin dana itu besar.
Namun, Rajimin yang merupakan perangkat Desa Pondok, Ngadirojo, Wonogiri, tersebut tak khawatir. Sebab, dia mengikuti entre atau sokongan di dusunnya, Pondok Kulon. Kebetulan, saat itu dia akan narik atau menarik dana entre. Saat malam narik pun tiba. Minuman teh, rokok, dan berbagai gorengan sudah disiapkan untuk warga.
Satu per satu warga dusun peserta entre berdatangan di rumahnya. Jumlah mereka mencapai ratusan orang. Mereka menyetorkan uang kepada bestir atau carik (koordinator entre). Petugas lainnya mencatat seluruh administrasi. Lalu dana dikelola bendahara.
Malam itu uang terkumpul lebih dari Rp20 juta. Kemudian bestir menyerahkannya kepada Rajimin. Bapak tiga anak tersebut pun semringah menerima uang sebanyak itu. Hingga akhirnya dia dapat membayar uang masuk kuliah Eko, anak pertamanya.
“Kejadian itu tiga setengah tahun lalu. Dengan ikut entre jadi punya dana yang bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan tertentu,” kata Rajimin saat ditemui