Soloraya
Kamis, 18 Mei 2023 - 22:14 WIB

Era Serba Digital, Buku Fisik di Toko Buku Belakang Sriwedari Masih Diminati

Mutiara Adinia Soelaiman  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Suasana toko buku belakang Sriwedari atau Busri, Rabu (17/5/2023) sore. (Solopos.com / Mutiara Adinia Soelaiman).

Solopos.com, SOLO —  Toko Buku Sriwedari atau yang biasa dijuluki Mburi Sriwedari (Busri) masih diminati warga Solo.  Terletak di belakang Sriwedari Jalan Kebangkitan Nasional, Laweyan. Pasar buku ini sudah ada sejak 40 tahun yang lalu.

Berdasarkan pantauan Solopos.com, Rabu (17/5/2023) sore, pasar buku ini nampak tidak terlalu ramai namun tetap ada pengunjung yang berburu buku ataupun hanya sedang melihat-lihat.

Advertisement

Busri terkenal menjual buku yag lengkap dengan harga miring. Terdapat 97 kios buku yang berada disepanjang jalan.

Salah satu pedagang di Busri, Tari, 46, sudah berjualan selama 30 tahun. Pendapatanya perhari mencapai Rp 200.000 – Rp 500.000. Tari mengatakan puncak dari ramainya pembeli biasanya pada saat tahun ajaran baru.

Advertisement

Salah satu pedagang di Busri, Tari, 46, sudah berjualan selama 30 tahun. Pendapatanya perhari mencapai Rp 200.000 – Rp 500.000. Tari mengatakan puncak dari ramainya pembeli biasanya pada saat tahun ajaran baru.

Sampai saat ini sistem tukar tambah buku bekas masih eksis walaupun keuntunganya tidak seberapa. Pedagang tersebut menanggapi perkembangan era digital ini tidak merasa kawatir jika buku akan ditinggalkan.

“Masih banyak anak muda yang mencari buku biasanya novel bergenre romance dan buku motivasi kehidupan. Anak-anak berbagai usia sampai sekarang juga masih mencari buku apalagi orang tua,” ujar Tari.

Advertisement

Yang menjadi favoritnya ialah buku yang mengajarkan nilai nilai moral, sudut pandang, dan motivasi. Menurutnya membaca buku memiliki esensi yang berbeda dibandingkan membaca tulisan yang sama di layar kaca.

“Enggak tau kenapa rasanya kalo baca buku langsung itu beda aja gitu, kalo di handphone atau laptop terlalu lama suka pusing, harus modal kuota juga. Saya sih lebih pilih buku,” jelas perempuan berusia 22 tahun itu.

Pratika juga memiliki impian membuat tempat seperti rumah buku yang berisi koleksi miliknyakemudian dipinjamkan kepada semua kalangan. Rumah buku tersebut harapannya bisa jadi ruang membangun diskusi dan komunikasi dengan semua kalangan.

Advertisement

“Karena menurutnya berkomunikasi walaupun hanya mengobrol santai dapat menambah ilmu,” kata Pratika

Minat Baca Buku

Sementara, dilansir dari kominfo.go.id,  organisasi The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menyebutkan Indonesia urutan kedua di bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah.

Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%.  Fakta kedua, 60 juta penduduk Indonesia memiliki gadget, atau urutan kelima dunia terbanyak kepemilikan gadget.

Advertisement

Lembaga riset digital marketing Emarketer memperkirakan pada 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Melalui jumlah sebesar itu, Indonesia akan menjadi negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika.

Ironisnya, meski minat baca buku rendah, orang Indonesia bisa menatap layar gadget kurang lebih sembilan jam sehari. Tidak heran dalam hal kecerewetan di media sosial orang Indonesia berada di urutan ke 5 dunia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif