Soloraya
Kamis, 14 Februari 2013 - 03:30 WIB

Erosi Sungai Babadan Robohkah Kandang Unggas

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

KLATEN — Erosi yang terjadi di Sungai Babadan, Dusun Babadan, Desa Babadan, Kecamatan Karangdowo, Klaten mengakibatkan sebuah kandang unggas milik Abdullah Satari, 51, warga setempat roboh hingga rata dengan tanah, Rabu (13/2/2013).  Erosi juga mengancam 50 rumah warga sekitar yang berada di bibir anak sungai bengawan solo itu.

Pantauan di lokasi, kandang unggas itu roboh rata dengan tanah. Sebagian bangunan jatuh ke dasar sungai. Kandang yang terbuat dari bangunan permanen itu roboh karena Sungai Babadan mengalami erosi sepanjang sekitar 15 meter dengan lebar sekitar 3 meter. Talut sepanjang sekitar 15 meter ikut ambles ke dasar sungai.

Advertisement

“Bangunan itu roboh menyusul terjadinya longsor pada pukul 13.00 WIB. Sebenarnya saat itu tidak hujan. Namun Sungai Babadan sempat banjir akibat hujan semalaman,” ujar Abdullah saat ditemui Solopos.com di rumahnya di RT 3/RW II.

Beruntung tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu. Abdullah bersama istrinya, Siti Masrukhim, 53, sedang berada di luar rumah saat kejadian itu. Namun, akibat kejadian itu, warga sekitar menjadi waswas. Pasalnya, erosi Sungai Babadan sudah menjadi langganan setiap tahun.

“Pada 2007 terjadi erosi di tiga titik dan merobohkan enam rumah. Pada 2009 ada satu rumah yang roboh. Pada 2012 ada tiga rumah. Erosi Sungai Babadan selalu terjadi setiap tahun. Padahal, ada sekitar 50 rumah yang berada di bantaran sungai ini,” papar Kepala Desa Babadan, Hartono, saat ditemui di lokasi.

Advertisement

Hartono menjelaskan warga sudah bertahun-tahun tinggal di bantaran Sungai Babadan. Sebagian besar warga dari kalangan menengah ke bawah. Mereka tidak memiliki cukup dana untuk membangun rumah di lokasi yang lebih aman. “Memang tinggal di bantaran sungai itu risikonya besar. Tapi warga tidak punya pilihan lain,” kata Hartono.

Camat Karangdowo, Agus Suprapto, mengatakan setidaknya ada dua opsi yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan 50 keluarga yang tinggal di bantaran Sungai Babadan dari ancaman erosi. Dua opsi itu meliputi pembangunan talut di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) dan menggulirkan program relokasi.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif