SOLOPOS.COM - Kantor Kepala Desa Kebongulo, Kecamatan Musuk, Boyolali, Selasa (6/6/2023). (Solopos/Ni'matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALISejarah asal mula Desa Kebongulo (dibaca kebon gulo, bukan kebo ngulo) di Kecamatan Musuk, Boyolali, cukup unik dan berbeda dibandingkan sangkaan kebanyakan orang. Memiliki nama yang berarti kebun gula, daerah tersebut bukan dinamai demikian karena banyak tanaman tebu di masa lalu.

Fakta unik lain yaitu Desa Kebongulo ternyata dulunya masuk wilayah Tulung, Klaten. Salah satu warga Desa Kebongulo, Drajat Tri Wibowo, 33, yang sejak lahir dan hidup di desa tersebut mengaku tak tahu persis sejarah tempat kelahirannya itu.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Awalnya ia mengira karena di sana banyak tanaman tebu. “Sejak saya kecil, lapangan [Kebongulo] ke selatan itu [lahan] tebu semua. Tapi namanya waktu itu sudah Kebongulo. Untuk sejarah pastinya saya kurang paham,” ujar dia kepada Solopos.com, Jumat (9/6/2023).

Drajat menjelaskan saat ini warga sudah tidak hidup dari tebu lagi. Mayoritas warga hidup dari hasil bertani dan berdagang sapi. Kepala Desa (Kades) Kebongulo, Musuk, Boyolali, Warsono, mengungkapkan sejarah penamaan Kebongulo memang bukan karena di sana banyak pohon tebu.

Namun, karena pada waktu itu masyarakat hidup dari membuat gula aren atau gula jawa. Ia menceritakan pada masa zaman penjajahan Belanda, Desa Kebongulo masih bernama Desa Petet yang memiliki pusat pemerintahan di Cokro, Klaten.

Tingkatan di atasnya waktu itu ada Singosari, kemudian Tulung, lalu terakhir Cokro. “Dulu Desa Petet penduduknya hanya enam keluarga. Karena jaraknya jauh dari pemerintahan di atasnya, salah satu tokoh bernama Karto Suwito meminta kepada pemerintah di atasnya agar bisa ikut wilayah Musuk [Boyolali],” ujar Warsono saat ditemui Solopos.com di Balai Desa Kebongulo, Selasa (6/6/2023).

Permintaan tersebut dikabulkan oleh pemerintahan di atasnya. Namun dengan syarat nama Desa Petet harus diganti. Waktu itu, Karto Suwito  mengganti nama Desa Petet menjadi Kebongulo. Asal-usul penamaannya karena pada waktu itu warga setempat yang mencari nafkah dari hasil membuat gula aren.

Atas jasanya itu, Karto Suwito diangkat sebagai demang pertama Kebongulo oleh pemerintahan Belanda. Saat pemerintahan Karto Suwito, terbentuk juga desa baru bernama Gatak. Namun, seiring waktu berjalan, Gatak menjadi salah satu kebayanan atau dukuh di Desa Kebongulo, Musuk, Klaten.

Pemilihan Kepala Desa

“Setelah demang Karto Suwito habis masa jabatannya, pemerintahan selanjutnya diganti oleh Bapak Citro Sudarmo hingga 1949,” jelas Warsono. Setelah itu, pada 1949 digelar pemilihan kepala desa (pilkades) pertama di Kebongulo.

Pilkades pertama tersebut diikuti tiga orang calon yaitu Darmo Sukarto, Mangun Juwari, dan Supamul. Warsono menjelaskan pilkades tersebut dilakukan dengan cara memasukkan biting atau potongan lidi ke dalam bambu yang disediakan.

Yang memperoleh biting terbanyak akan menjadi Kades Kebonbulo. Waktu itu pilkades dimenangi Darmo Sukarto yang menjabat tahun 1949-1975. Setelah Darmo Sukarto pensiun, digantikan Marjuni yang menjabat pada 1975-1980.

“Lalu pada 1980-1990 [Kades Kebongulo] dijabat Bapak Suyono. Kemudian, pada 1990-2007 dijabat Bapak Kuncoro, 2007-sekarang saya yang menjabat,” kata Kades Kebongulo, Musuk, Klaten, itu.

Secara administrasi, penulisan nama desa menggabungkan kata Kebon dan Gulo. Namun, cara bacanya tetap Kebon Gulo bukan Kebo Ngulo. Saat ini Desa Kebongulo terdiri dari delapan RT dan tiga RW. Selain itu, ada lima dukuh yaitu Kebongulo, Gatak, Gatakrejo, Gumukrejo, dan Petetrejo.

Desa ini di sebelah utara berbatasan dengan Desa Musuk, sebelah selatan ada Desa Sukorejo, sebelah barat ada Desa Ringinlarik, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Madu.

“Total penduduk ada 1.721 jiwa dengan 562 kepala keluarga. Jumat penduduk terdiri dari 876 laki-laki dan 845 perempuan. Mayoritas saat ini warga bekerja sebagai petani, ada juga yang beternak sapi,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya