Soloraya
Sabtu, 12 November 2022 - 07:20 WIB

Fatherless Dipicu Berbagai Faktor, Ini Saran Dokter di Sragen untuk Masyarakat

Tri Rahayu  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi ayah dan anak. (Freepik)

Solopos.com, SRAGEN—Hari ini, Sabtu (12/11/2022), menjadi momentum bagi para ayah karena ditetapkan sebagai Hari Ayah Nasional. Istilah father hungry atau fatherless sering didengar tetapi jangan sampai dua hal itu terjadi di lingkungan keluarga.

Seorang dokter asal Masaran, Sragen, dr. Aris Surawan, kepada Solopos.com, Sabtu, mengungkapkan makna dua istilah yang diambil dari Bahasa Inggris itu. Aris mengatakan makna dalam Bahasa Indonesia, father hungry adalah lapar ayah dan fatherless adalah kehilangan sosok ayah.

Advertisement

Dia menjelaskan kedua istilah tersebut sebenarnya maknanya sama, yakni ketidakhadiran sosok ayah di keluarga baik secara fisik maupun secara psikologis dalam kehidupan anak.

“Kondisi ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak, karakter, rasa percaya diri, dan cara anak berrelasi ketika dewasa. Penyebabnya macam-macam. Di antaranya, kuatnya pemahaman yang salah kaprah dan mendarah daging bahwa seakan-akan tanggung jawab pengasuhan, pendampingan, dan pendidikan anak itu ada di tangan ibu saja,” ujar Aris yang juga legislator di DPRD Sragen.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Sragen Hari Ini 12 November 2022, Siang Malam Hujan

Advertisement

Aris mengatakan penyebab lainnya posisi ayah yang “super sibuk” dengan kata lain hanya berangkat (kerja), pagi, pulang malam (BPPM) sehingga tidak memiliki kebersamaan atau quality time dengan anak. Dia menjelaskan atau ayah sampai rumah tinggal mengantuk dan sisa tenaga sudah terkuras habis karena pekerjaannya.

Aris melanjutkan penyebab berikutnya berupa perceraian yang menyebabkan ayah tidak fokus mendampingi anak-anak dari mantan istrinya. Atau ayah sebenarnya berusaha mendampingi tetapi ditolak anaknya karena dendam. Aris mengatakan dalam kasus ini ayah dianggap telah menelantarkan ibunya.

“Penyebab selanjutnya meninggalnya ayah yang tidak segera tergantikan perannya oleh kakeknya, pakdenya, pamannya, atau sosok lainnya karena berbagai kendala. Seorang ibu yang memilih untuk single parent ( tidak menikah lagi) . Walaupun tidak sedikit ibu single parent yang sukses mendidik putra-putrinya, sbg ‘super woman’ yang mampu memerankan sosok ayah sekaligus sebagai ibu,” kata dia.

Advertisement

Baca Juga: Harga Beras Naik, Tapi Petani di Sragen Tak Ikut Menikmati

Penyebab lain, kata Aris, kurangnya pengetahuan seorang ayah tentang pendampingan dan pengasuhan dalam pendidikan anak. Walaupun seorang ayah cukup waktu secara fisik bersama anak, kata Aris, tetapi kurang berhasil secara psikis masuk dalam jiwa anak alias tidak akrab dengan anak. Dalam kondisi itu, lanjut dia, anak mencari sosok ayah di luar keluarga yang dianggap peduli dan perhatian. Dia mengungkapkan tidak sedikit di antara remaja putri yang mencari pacar dengan alasan tersebut.

“Solusinya ada lima, yakni niat kuat untuk menjadi ayah yang baik; ikhtiar yang optimal dengan membekali ilmu parenting yang cukup; menjadikan Nabi Muhammad sebagai panutan sosok ayah yang baik dan sempurna; berdoa yang tulus dan khusyuk, dan tawakal kepada Allah,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif