SOLOPOS.COM - Ilustrasi. (Dok. Bisnis.com)

Solopos.com, SRAGEN — Self love atau mencintai diri sendiri yang rendah dan support system atau dukungan orang sekitar yang buruk menjadi salah satu pemicu orang untuk bunuh diri. Di sisi lain beban hidup yang banyak, tuntutan lingkungan yang tinggi, dan kerentaran psikis yang tinggi juga mendorong orang berbuat nekat untuk bunuh diri.

Sejumlah faktor pemicu tersebut diungkapkan psikolog dari Dinas Sosial (Dinsos) Sragen, Anne Fatma, kepada Solopos.com, Rabu (27/12/2023), menganalisis fenomena sosial bunuh diri yang cukup tinggi di Kabupaten Sragen.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Berdasarkan data rekapitulasi kasus bunuh diri yang dihimpun PSC 119 Sukowati Sragen, jumlah kasus bunuh diri di Sragen sepanjang Januari 2023 hingga 27 Desember 2023 sebanyak 15 kasus. Angka tersebut terhitung menurun bila dibandingkan pada 2022 sebanyak 20 kasus. Namun dari 15 kasus itu, sebanyak 53,33% merupakan usia produktif dengan rentang umur 18-50 tahun.

Anne menjelaskan tuntutan lingkungan terhadap usia produktif itu biasanya cukup tinggi. Ketika tuntutan lingkungan tinggi, maka otomatis tuntutan pada dirinya juga tinggi, apalagi bila ada kencenderungan kerentanan psikis yang tinggi pula.

Kerentanan psikis itu, sebut dia, bisa berupa kepribadian yang belum matang, kemungkinan adanya kebutuhan khusus, kecenderungan introvert atau tertutup, dan ketidakmampuan bergaul. Kemudian di sisi lain ada beban hidup yang berat, seperti harus menanggung hidup sendiri, menanggung hidup orang tua, dan anak atau keluarga. Apalagi ditambah rendahnya selft love dan buruknya support system orang-orang di sekitarnya.

“Untuk mencegah semua itu terjadi maka orang pada usia produktif itu harus didukung ketahanan diri dan support system yang baik. Setiap tahapan usia ada tugas perkembangan yang harus diselesaikan supaya tidak menjadi beban di tahapan berikutnya. Mereka ini harus dihindarkan dari penyelesaian masalah yang berpotensi menjadi masalah baru yang lebih besar sehingga tidak mampu diatasi,” ujar Anne.

Dia menyarankan apabila menemukan orang dengan kerentanan tersebut, maka bisa membantu merampungkan permasalahan yang dapat diatasi sesegera mungkin, agar tidak berpotensi menjadi unfinished business yang menumpuk sehingga meledak.

Unfinished business merupakan memori atau emosi yang berhubungan dengan pengalaman masa lalu yang tidak berhasil diekspresikan karena dirasa terlalu menyakitkan. Kalau ada permasalahan di luar kendalinya, ujar Anne, maka lingkungan sekitar dapat mencari pertolongan kepada ahli.

“Mereka yang rentan itu kemudian dilatih kesabarannya dan ketahannya terhadap stres dan dilatih mengelola emosi serta mencintai diri sendiri. Mereka punya waktu untuk diri sendiri dan tidak menuntut diri sendiri yang berlebihan,” ujarnya.

Anne menerangkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen juga berperan untuk pencapaian kesehatan mental/jiwa yang optimal kepada rakyatnya lewat pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dia mengatakan kepedulian lingkungan terhadap warganya yang rentan sengat dibutuhkan, seperti perhatian bagi keluarga broken home, terlantar, hidup sendiri, kebutuhan khusus/disabilitas, dan gangguan jiwa serta lainnya.

“Pencegahan lain yang dapat dilakukan Pemkab Sragen dengan menghilangkan kebiasaan mem-bully, mengingatkan orang-orang, terutama teman-temannya yang sering mem-bullying, body shaming, dan sebagainya. Bila ada masalah khusus bisa datang ke profesional. Lalu tidak menjustifikasi apabila ada keluarga atau teman yang stress, seperti kurang ibadah, kurang iman, cemen, dan seterusnya,” ujarnya.

Anne berpesan kepedulian itu bukan berarti boleh kepo keberhasilan, terlalu mencampuri urusan orang, atau ngotot untuk membantu menyelesaikan masalah. Anne menerangkan Pemkab Sragen melakukan pencegahan dengan mengedukasi warga melalui akun media sosial, media massa, dan langsung kepada masyarakat di berbagai tingkatan usia tentang kesehatan jiwa, mental, pembinaan keluarga, menjawab pembinaan kesiapan berkeluarga lewat konseling pra-nikah dengan menggandeng akademisi, profesional, dunia usaha, dan unsur masyarakat.

“Pemerintah memililki fasilitas konsultasi pribadi gratis melalui lembaga Puspada, P4A, PKSAI, dan IK3, dan pusat-pusat rehabilitasi. Jaminan kesehatan gratis juga termasuk pengobatan gangguan jiwa,” jelasnya.

Anne berpendapat bicara bunuh diri sama dengan bicara kesehatan mental atau kesehatan jiwa karena terkait dengan ketahanan mental. Upaya membentuk kesehatan mental itu, kata dia, idealnya diupayakan sejak dini. Sejak anak lahir sampai dewasa, ujar dia, dibutuhkan support system yang paling berpengaruh, yakni keluarga.

Dia menyebut data dari Kementerian Kesehatan pada 2018 menyebut satu dari 18 orang berusia 15 tahun atas diduga mengalami depresi. Oleh karenanya, Anne mengingat adanya kasus bunuh diri atau membunuh orang.

Anne menerangkan bunuh diri dan pembunuhan dalam psikologi sumbernya sama, yakni agresi. Pembunuhan atau kekerasan terhadap orang lain, jelas dia, merupakan agresi yang dilampiaskan keluar sedangkan bunuh diri adalah agresi yang dilampiaskan kepada diri sendiri.

Jika dikaitkan dengan cara mengatasi masalah (coping) terhadap stress, ujar dia, maka bunuh diri atau pembunuhan adalah penyelesaian masalah yang salah dan penyelesaian masalah yang tidak adekuat atau tidak wajar karena didorong oleh impulsivitas dan dilatarbelakangi gangguan kesehatan mental.

“Namun, bukan berarti kesehatan mental yang terganggu ini menjadi dasar bagi pelaku pembunuhan untuk terhindar dari jeratan hukum. Kecuali memang telah didiagnosis gangguan jiwa menetap yang membuat seseorang tidak menyadari siapa dirinya dan apa yang dia lakukan,” ujarnya.

 

Peringatan

Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi kepada siapa pun untuk melakukan tindakan serupa.

Bagi Anda pembaca yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, atau pun klinik kesehatan mental. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit dan berkecenderungan bunuh diri, sila hubungi dokter kesehatan jiwa di puskesmas atau rumah sakit terdekat.

Berikut lima rumah sakit juga disiagakan Kementerian Kesehatan untuk melayani panggilan telepon konseling pencegahan:

RSJ Amino Gondohutomo Semarang (024) 6722565



RSJ Marzoeki Mahdi Bogor (0251) 8324024, 8324025, 8320467

RSJ Soeharto Heerdjan Jakarta (021) 5682841

RSJ Prof Dr Soerojo Magelang (0293) 363601

RSJ Radjiman Wediodiningrat Malang (0341) 423444

Ada pula nomor hotline Halo Kemenkes di 1500-567 yang bisa dihubungi untuk mendapatkan informasi di bidang kesehatan, 24 jam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya