SOLOPOS.COM - Buruh tani memanen padi di areal pesawahan Desa Singodutan, Selogiri, Wonogiri, Senin (7/8/2023). Hasil panen turun drastis bahkan ada yang terancam gagal panen karena kekurangan air. (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI —  Fenomena El Nino mulai berdampak pada sektor pertanian di Wonogiri. Hasil panen padi pada masa tanam (MT) II yang bertepatan dengan kemarau dan fenomena El Nino itu tidak optimal.

Di sisi lain, sejumlah wilayah di Wonogiri juga sudah mengalami kekeringan dan kesulitan air bersih. Sebagai informasi,  El Nino merupakan perubahan iklim yang terjadi karena suhu permukaan air Samudra Hindia meningkat di atas normal sehingga curah hujan menjadi rendah.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Pangan (Dispertan Pangan) Wonogiri, Ridwan Jauhari, mengatakan hasil panen padi di sejumlah wilayah tidak maksimal seperti biasanya. Bulir-bulir padi hasil panen itu lebih kecil. Hal itu mengakibatkan produksi panen menjadi menurun baik secara kualitas maupun kuantitas.

Ridwan menjelaskan hal itu terjadi lantaran di beberapa wilayah pertanian padi di Wonogiri kekurangan air sebagai dampak El Nino meski MT II belum selesai. Musim kemarau disebut datang lebih awal yang mengakibatkan sumber-sumber air seperti waduk maupun embung kering lebih awal.

“Jadi bulir padi yang dipanen itu kecil-kecil, ukurannya setengah dibanding biasanya. Itu karena kekurangan air,” kata Ridwan saat ditemui Solopos.com di kompleks Sekretariat Daerah Wonogiri, Kamis (24/8/2023).

Umumnya, lanjut dia, pada MT II ini kualitas dan kuantitas hasil panen padi masih bisa optimal. Cuaca dan iklim yang berubah ini mengganggu pola tanam pertanian pangan. 

Salah atau petani di Singodutan, Selogiri, Wonogiri, Dimun, 71, mengatakan hasil panen padi di sawah miliknya pada MT II ini anjlok. Sebagian lahan pertanian padi lain miliknya yang belum dipanen terancam gagal panen sebagai dampak fenomena El Nino yang menyertai kemarau di Wonogiri.

Pengairan Pakai Sumur Pompa

Menurut Dimun, air irigasi dari Waduk Tandon yang menjadi sumber pengairan ratusan hektare lahan pertanian padi di Selogiri tidak lagi mengairi sawah-sawah sejak satu-dua bulan lalu. 

Dimun mengaku mempunyai luas lahan padi seluas 13 hektare di Desa Singodutan. Selama tidak mendapatkan air dari saluran irigasi, Dimun terpaksa mengairi lahan sawahnya dari air sumur pompa.

Hampir setiap malam selama beberapa pekan sebelum panen. Untuk mengairi lahan seluas itu, dia harus menyediakan tiga mesin pompa diesel. 

Pada pekan pertama Agustus 2023, Dimun memanen padi di lahan seluas sekitar 2.500 meter persegi. Lahan seluas itu hanya bisa menghasilkan gabah sembilan karung beras atau enam kunintal.

Padahal pada keadaan normal, dengan lahan seluas itu biasanya bisa menghasilkan gabah sebanyak 22 karung atau sekitar 1,5 ton. Hasil panen pada MT II di lahan pertanian Dimun di Selogiri, Wonogiri, itu turun 60% dibanding saat tidak ada kemarau dan El Nino. 

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri, Trias Budiono, mengatakan masih ada 25 desa di tujuh kecamatan yang rawan kekeringan saat kemarau seperti sekarang ini.

Bantuan Air Bersih

Sejumlah desa di beberapa kecamatan wilayah selatan seperti Giritontro, Eromoko, dan Paranggupito saat ini sudah mulai kesulitan air bersih. Beberapa warga sudah membeli air dalam tangki.

Tetapi hingga kini belum ada desa atau wilayah yang mengajukan permintaan bantuan air bersih. “Sudah ada beberapa dusun di desa-desa rawan kekeringan mulai kesulitan air bersih. Mereka sementara ini beli air dalam tangki,” kata Trias saat ditemui Solopos.com di Alun-Alun Giri Krida Bakti Wonogiri, Kamis pagi.

Tetapi, Trias menambahkan sejumlah embung dan sumber air di beberapa kecamatan rawan kekeringan masih mampu untuk mencukupi kebutuhan warga di sana. Menurut dia, kemarau tahun ini disertai El Nino.

Hal itu berpotensi mengakibatkan kekeringan berat dan kemarau panjang di Wonogiri. Pemerintah Kabupaten sudah menyediakan Dana Bantuan Tidak Terduga senilai Rp5 miliar apabila terjadi darurat kekeringan di Wonogiri tahun ini.

Selain itu, cadangan beras pemerintah di Wonogiri juga masih ada persediaan 200 ton. Untuk penanggulangan kekeringan jangka panjang, sampai saat ini BPBD terus berupaya mencari sumber-sumber air.

“Misal di Paranggupito, selain sumber Banyutowo, kemarin PDAM sudah ke sumber Waru. Kebutuhan air di Paranggupito itu 24 liter/detik, sekarang sudah ada 20 liter/detik dengan adanya dua sumber itu,” jelas Trias.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya