Soloraya
Minggu, 27 Juni 2021 - 15:36 WIB

Fenomena Kemarau Basah, Warga Wonogiri Diimbau Waspada

Rudi Hartono  /  Ahmad Baihaqi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi hujan. (Solopos-dok)

Solopos.com, WONOGIRI — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri mengimbau warga waspada terhadap bencana yang berpotensi terjadi akibat fenomena kemarau basah pada tahun ini.

Seperti diketahui, dua pekan terakhir terjadi hujan di Kabupaten Wonogiri dan daerah sekitarnya. Namun, lokasi yang diguyur hujan tidak merata dan tidak setiap hari. Kadang hujan mengguyur saat siang, sore, atau tengah malam. Pernah terjadi gerimis pada pagi hari. Kadang hujan deras kadang tidak deras.

Advertisement

Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Wonogiri, Bambang Haryanto, kepada Solopos.com, Minggu (27/6/2021), menyampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG menyebut mulai masuk kemarau pada April lalu. Puncak kemarau terjadi pada Agustus mendatang.

Baca Juga: Isolasi Mandiri, Perempuan Wonosari Klaten Ditemukan Gantung Diri

Advertisement

Baca Juga: Isolasi Mandiri, Perempuan Wonosari Klaten Ditemukan Gantung Diri

Meski begitu pada periode sebelum puncak Agustus diprediksi masih terjadi hujan dengan intensitas curah hujan rendah. Ini biasa disebut kemarau basah. Fenomena ini pernah terjadi pada 2016 atau 2017 lalu.

“Terjadinya hujan pada April, Mei, dan Juni sudah diprediksi BMKG. Wonogiri termasuk salah satu daerah yang diguyur hujan. Kami selalu memberi informasi prakiraan cuaca kepada masyarakat. Ini agar masyarakat waspada,” kata Bambang saat dihubungi.

Advertisement

Kendati demikian Bambang mengimbau warga selalu waspada. Hujan meski tidak deras tetap berpotensi mengakibatkan bencana, seperti angin kencang atau longsor. BPBD juga mengambil langkah antisipasi, yakni dengan mengecek alat pendeteksi dini longsor atau early warning system (EWS) di sejumlah kecamatan.

Ada beberapa EWS yang slingnya putus. Alat yang tertancap di tanah itu berfungsi sebagai pendeteksi getaran. BPBD akan mengganti sling yang putus tersebut. “Ada EWS yang akan kami pindah ke lokasi rawan bencana lain. Itu karena area lokasi yang dipasangi EWS tersebut sudah stabil, tidak ada pergerakan lagi,” ulas Bambang.

Di sisi lain, kemarau basah ini membawa berkah bagi warga Kabupaten Wonogiri wilayah selatan. Hujan membuat debit air yang keluar dari sumber air meningkat, sehingga warga dapat memanfaatkannya lebih lama. Sebelum hujan debit air mulai minim. Itu seperti terjadi di Kecamatan Giriwoyo. Bahkan, sebagian warga Kecamatan Paranggupito sudah sempat membeli air bersih.

Advertisement

Baca Juga: Mau Tanya Seputar Covid-19 di Jateng, Ini Nomornya…

Camat Paranggupito, Sulistyani, mengatakan saat ini warga yang membeli air bersih sudah berkurang karena bisa memanfaatkan air hujan. Pemanfaatan air hujan bagi warga Kecamatan Paranggupito sudah lazim, karena minim sumber air. Warga menampung air hujan di bak khusus.

Informasi yang dihimpun Solopos.com dari sejumlah berita, BMKG memperkirakan iklim global La Nina meningkatkan curah hujan hingga 40 persen saat penghujan 2020-2021 di Indonesia. Pengaruh La Nina berpeluang menyebabkan terjadinya kemarau basah. BMKG menyebut Mei lalu merupakan masa transisi dari penghujan ke kemarau.

Advertisement

Pada masa transisi itu berpotensi terjadi hujan dengan curah hujan sedang hingga rendah. Hujan diperkirakan masih terjadi pada Juni-Agustus di sebagian besar wilayah di Indonesia, seperti Riau, Jambi, Sulawesi Selatan, Lampung, Nusa Tenggara, Bali, Sulawesi Selatan, Papua, dan Jawa.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif