SOLOPOS.COM - Redaktur pelaksana Harian Solopos, Syifaul Arifin, memberikan materi dalam Workshop Menulis Artikel Festival Ayo Membaca 2021 secara daring, Minggu (21/11/2021).

Solopos.com, SOLO — Artikel opini berjudul Ngaji di Masa Pandemi memantik diskusi menarik dalam Workshop Menulis Artikel Festival Ayo Membaca 2021, Minggu (21/11/2021).

Judul tulisan yang dimuat rubrik Mimbar Guru Harian Solopos beberapa hari lalu itu mengundang penasaran. Ngaji yang dimaksud ternyata bukan dalam arti harfiah, yakni menyimak Alquran. Ngaji yang dimaksud merupakan akronim dari ngarang biji, yang berarti memberi nilai asal-asalan.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Sang penulis, Yuyut Setyorini, mencoba memotret fenomena ngarang biji di kalangan guru saat awal pandemi Covid-19. Saat itu guru harus beradaptasi dengan proses pembelajaran online dengan pedoman penilaian yang belum detail.

Baca Juga : Pasoepati Ingin Pergantian Pelatih, Manajemen Persis Solo Minta Waktu

Pemateri workshop, Syifaul Arifin, menyebut artikel karya guru SMK Negeri 11 Malang itu menggelitik dan reflektif. “Penulis cerdik karena mampu menghubungkan isu kekinian yakni pandemi dengan fenomena di kalangan guru. Judulnya pun bikin penasaran. Ini sebuah proses kreatif,” ujar Redaktur Pelaksana Harian Solopos itu.

Sebanyak 30 guru dari berbagai kota di Indonesia mengikuti workshop yang digelar secara daring tersebut. Mereka diajak menggali ide dan menuangkannya dalam sebuah artikel populer seperti opini dan esai.

Syifaul mengatakan penulis yang baik perlu memiliki kemampuan mengembangkan ide dengan perspektif lain/kebaruan. Ide tersebut, imbuhnya, juga harus berdampak, unik dan bermanfaat bagi pembaca.

Baca Juga : Dirintis, Kampung Wisata Eks Perwira Prajurit Tamtama Keraton Solo

“Kita bisa mendapat ide dari beragam cara. Mulai dari melihat peristiwa, membaca buku, observasi, bahkan dari obrolan di warung kopi,” ujar Syifaul.

Ide-ide tulisan ibarat bumbu dan bahan memasak. Untuk menghasilkan tulisan yang “lezat”, penulis perlu mengolah bahan-bahan terpilih dengan sejumlah perencanaan.

Syifaul mengatakan ide atau informasi awal perlu dipertajam menjadi sebuah topik atau sudut pandang. Penulis juga dapat membuat outline sehingga tulisan dapat fokus dari awal sampai akhir.

Baca Juga : Serunya Asmirandah Liburan di Candi Cetho Karanganyar, Ini Foto-fotonya

“Setelah berbelanja bahan, kita perlu memasaknya dengan benar. Outline dapat menjadi pedoman agar penulis tetap dalam rel, tidak tergoda memasukkan ide-ide baru yang mungkin tidak relevan.”

Direktur Bisnis dan Konten Solopos Media Group (SMG), Suwarmin, dalam sambutannya mengatakan kegiatan menulis dapat menjadi bagian partisipasi untuk mencerdaskan masyarakat. Oleh karena itu penulis dituntut banyak membaca dan berlatih agar karyanya “berdaging” dan relevan dengan situasi terkini.

“Kami mengapresiasi peserta yang sudah meluangkan waktu untuk mengasah kemampuan dalam hal tulis menulis,” ujarnya.

Baca Juga : Siap-Siap, 43.251 Siswa SD/MI di Sragen Disasar Vaksin BIAS

Usai pelatihan, para peserta diminta membikin karya. SMG bakal menerbitkan karya para guru di Koran Solo dan festivalayomembaca.solopos.com.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya