Soloraya
Jumat, 7 Maret 2014 - 12:40 WIB

FESTIVAL GETHEK SOLO : Elevasi Tinggi, Festival Gethek Bisa Tertunda

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Rakit yang ditumpangi Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo dan sejumlah pejabat Muspida menyusuri Sungai Bengawan Solo di Sewu, Jebres, Solo, Minggu (10/11/2015) saat acara Bengawan Solo Gethek Festival. Festival yang diadakan dari Ngepung hingga Jurug itu bertujuan mendekatkan masyarakat serta memahami kembali keberadaan Sungai Bengawan Solo. (JIBI/Solopos/Dok)

Solopos.com, SOLO — Elevasi Sungai Bengawan Solo masih tinggi beberapa hari terakhir. Meski demikian, jika masih berada di bawah 6 meter, pergelaran Festival Gethek bisa terus berlanjut.

Ditemui sejumlah wartawan di Kampung Ngepung, Sewu, Jebres, Kamis (6/3/2014), Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) S0lo, Eny Tyasni Suzana, menyatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan Badan SAR Nasional (Basarnas), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Solo, dan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS).

Advertisement

Eny juga mengaku mendapatkan saran dari BBWSBS yang meminta festival ditunda apabila ketinggian permukaan air di atas 6 meter. “Tinggi yang paling sempurna untuk festival seperti saat ini [Kamis siang] sekitar 4 meter. Tapi kalau lebih tinggi, festival tetap bisa digelar asal di bawah 6 meter,” jelasnya.

Eny juga mengimbau para peserta Festival Gethek bisa berenang. “Kami menyediakan pelampung untuk peserta. Mereka harus memakai pelampung saat naik getek,” imbuh Eny.

Sementara itu, Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Solo, Dono Tumpo mengatakan debit air empat meter terbilang cukup tinggi untuk getek. “Kalau untuk perahu segitu tidak masalah, tapi kalau untuk getek cukup tinggi,” kata Dono.

Advertisement

Setiap tiga hingga empat jam, kata dia, elevasi air sungai bisa berubah tergantung cuaca. “Kalau Klaten banjir misalnya, kan area sini [Ngepung] bisa naik elevasinya. Makanya kami tempatkan petugas sekitar 10 kilometer dari start. Dengan harapan ketika air datang dari atas, kami bisa segera ungsikan peserta dan menunda festival,” imbuh dia.

BPBD menerjunkan tujuh perahu karet untuk mengawal peserta dan satu perahu karet yang bertugas berkeliling lintasan festival. “Karena ada 30 getek, tiap empat hingga lima getek dikawal satu perahu karet. Setiap lima meter di dua sisi sungai juga dijaga seorang petugas. Jarak antara petugas satu dengan yang lain cukup rapat,” terang Dono.

Dono juga mengatakan sebuah posko akan didirikan di Kampung Ngepung. “Posko ini salah satu tugasnya adalah menerima informasi dari petugas di Waduk Gajah Mungkur. Kalau-kalau sewaktu-waktu pintu air dibuka,” jelasnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif