SOLOPOS.COM - Ribuan warga Klaten memadati area Festival Wedangan di Jl. Pemuda Klaten, Kamis (27/7/2017) malam. (Cahyadi Kurniawan/JIBI/Solopos)

Festival Wedangan Klaten sukses menyedot perhatian warga.

Solopos.com, KLATEN — Festival Wedangan di Jl. Pemuda Klaten, Kamis (27/7/2017) malam itu belum dibuka. Namun, gerobak-gerobak kosong dengan terpal tergulung berisi perabotan kosong malah meninggalkan lokasi.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Waktu saat itu baru menunjukkan pukul 19.00 WIB. Sementara festival dibuka pukul 19.45 WIB.

Hanya butuh lima menit untuk menghabiskan sajian aneka hidangan di gerobak-gerobak wedangan itu. Sega kucing, satai telur puyuh, bakwan, tempe mendoan, sampai rambak semuanya ludes.

Hanya lombok rawit hijau mengilap terkena minyak yang masih tersisa. Awalnya, gerobak-gerobak ditata memanjang mengikuti alur markah jalan.

Tak terkecuali gerobak milik Tukiman, 52, warga Desa Ngerangan, Bayat. Gerobaknya dikerumuni puluhan pengunjung Festival Wedangan yang menunggu sejak magrib.

Tak sampai lima menit hidangan yang dibawa Tukiman ludes. Tak sampai lima menit pula, ia harus merugi sekitar Rp1 juta. As gerobaknya patah.

Kaki gerobak bagian depan juga patah. Ceret atau teko, perabot, termos, semuanya rusak. “Kalau seperti ini ya sejuta [rupiah] lebih,” kata Tukiman seraya memeriksa as gerobaknya di tepi Jl. Pemuda, Kamis malam.

Ia menghadiri festival itu bersama 20 temannya satu klub. Ia mendapatkan uang senilai Rp700.000 dengan perincian Rp200.000 untuk biaya transportasi dan Rp500.000 untuk biaya hidangannya.

“Tapi kalau begini ya saya malah rugi,” ungkapnya perlahan. “Seharusnya jaraknya diatur sehingga tak terlalu berdekatan. Pengunjung enggak uyel-uyelan,” imbuhnya.

Tak seperti Tukiman, Maria Tumiyem, 49, pedagang hik asal Desa Jebugan, Klaten Utara, mengaku senang sajiannya cepat ludes. Menurutnya, pengunjung di gerobaknya relatif aman lantaran dekat sejumlah personel kepolisian berjaga.

“Saya senang di sini aman wong ada pak polisi. Di sini tertib,” beber perempuan yang menjaga gerobak bersama suaminya itu.

Ia berharap festival serupa bisa kembali digelar tahun-tahun mendatang. Gerobak-gerobak yang pulang sebelum festival dibuka menyisakan kecewa di hati Ali Mulawarman, 39, warga Desa Kraguman, Klaten Selatan.

Ia datang ke festival bersama istri dan dua anaknya untuk menikmati hik asli Klaten. “Sampai sini kok rebutan begini. Saya kira berbagi bersama,” keluh dia yang memilih duduk-duduk di taman tepi Jl. Pemuda bersama istri dan anak-anaknya.

Ia berharap ke depan pelaksanaan festival serupa digelar lebih tertib. Kegiatan itu memang untuk kebersamaan warga Klaten. “Kalau berebut kan jadi hilang maknanya,” tutur pria berkacamata itu.

Terpisah, Plt. Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan UMKN Klaten, Sunardi, menuturkan dalam festival itu ada 150 gerobak hik. Dari jumlah itu 148 di antaranya adalah warga asli Klaten.

Sedangkan sisanya warga luar Klaten yang berjualan di Klaten. “Festival ini menjadi salah satu upaya untuk mengenalkan hik kepada seluruh masyarakat. Ini juga sekaligus pemberdayaan UMKM dalam rangka peringatan Hari Jadi ke-213 Klaten,” ujar dia, dalam sambutannya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya