SOLOPOS.COM - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (kedua dari kiri) mencoba menyelesaikan pembuatan bangku berbahan dasar dari bambu saat meninjau pameran produk furnitur dan kerajinan pada acara Trade, Industry, and Investment Working Group (TIIWG) G20 di Alila Hotel, Solo, Kamis (31/3/2022). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Kementerian Perindustrian menampilkan berbagai produk industri furnitur yang berkelanjutan kepada para delegasi dalam rangkaian forum pertemuan pertama Trade, Investment, and Industry Working Group (TIIWG) G20 di Solo.

Indonesia menyampaikan pesan kepada dunia mengenai produk furnitur yang memenuhi aspek legalitas dan ramah lingkungan. Berdasarkan pantauan Solopos.com di Alila Hotel Solo, Kamis (31/3/2022) siang, berbagai produk furnitur dipamerkan di Alila Hotel Solo.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Produk furnitur memakai beragam kayu, antara lain rotan, kayu jati, eceng gondok, dan mauni. Para pelaku usaha yang terlibat merupakan anggota dari Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (DPD HIMKI) Soloraya, Semarangraya, Jepararaya, dan DPD HIMKI Yogyakarta.

Baca Juga: Hari Pertama Forum G20 Solo Soroti Pemulihan Ekonomi yang Belum Merata

Salah satunya produsen furnitur dari Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Sukoharjo, Ali Afandi, 48, yang memamerkan produk dari bahan rotan dalam forum G20 Solo tersebut. Ali bersama istrinya merangkai rotan di booth.

Aktivitasnya tersebut mengundang perhatian para delegasi negara-negara anggota G20. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita serta Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka bahkan mencoba merangkai langsung rotan menjadi bangku.

Afandi menjelaskan telah menekuni kerajinan dengan bahan dasar rotan sejak 20-an tahun lalu. Ia memasok satu perusahaan yang melakukan ekspor, salah satu negara tujuan merupakan Amerika Serikat.

Baca Juga: Penyanyi Sandhy Sandoro Meriahkan Gala Dinner G20 di Mangkunegaran Solo

Harga Bahan Baku

Afandi beserta keluarga dibantu sejumlah tenaga kerja memproduksi 200-300 kursi setiap bulan. Sejumlah tantangan dihadapi para perajin, antara lain harga bahan baku yang merangkak naik dan berkurangnya peminat anak muda menekuni kerajinan rotan.

“Bahan baku menjadi tantangan sementara harga produk ditentukan dari perusahaan. Hampir semua bahan baku dari Kalimantan. Praktik ilegal menjual bahan baku mentah keluar menjadi salah satu faktornya,” jelasnya saat ditemui di sela-sela pameran forum G20 Solo.

Sementara itu, munculnya industri garmen membuat anak muda tidak memilih kerajinan rotan. Selain itu, produk serupa dengan bahan sintetis juga menjadi tantangan bagi perajin rotan. Proses produksi bahan sintetis bisa lebih cepat dibandingkan dengan bahan rotan.

Baca Juga: Naik Sepur Kluthuk Jaladara, Delegasi G20 Kunjungi Loji Gandrung Solo

Produk PT Wirasindo Santakarya juga menjadi perhatian bagi delegasi TIIWG G2o di Solo dan Menperin. Berbagai produk ditampilkan, antara lain meja kursi dan kursi.

Pejabat Marketing PT Wirasindo Santakarya, Murwat, mengatakan setelah 29 tahun melakukan ekspor ke Inggris kini perusahaannya telah merambah ke 43 negara. “Secara umum kami membenahi semua lini dari marketing, teknologi, dan desain. Kami memiliki 44 website untuk pemasaran,” jelasnya.

Ia mengatakan tantangan perusahaannya isu rantai global berupa biaya logistik yang meningkat sejak pandemi Covid-19. Perusahaannya kesulitan mencari kontainer untuk mengirim barang. “Pengaruh pandemi besar sekali, sehingga customer yang tak siap untuk ini ada 33 kontainer kepending tahun lalu,” paparnya.

Baca Juga: Delegasi G20 Kunjungi Booth UMKM di Loji Gandrung Solo, Ada Yang Beli?

Inklusif dan Berkelanjutan

Dia mengatakan pemerintah sudah mengetahui masalah tersebut namun belum ada solusinya karena banyak pihak yang terlibat. DPD HIMKI Soloraya diminta Kemenperin dalam ajang TIIWG G20 di Solo.

“Kami mendukung untuk branding, Diharapkan dengan menunjukkan kompetensi kami kepada delegasi itu. Mereka akan menyampaikan para networking mereka bahwa Indonesia ada potensi mebel,” ungkapnya.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menjelaskan pertemuan TIIWG G20 di Solo membahas beberapa isu prioritas, salah satunya adalah industri yang inklusif dan berkelanjutan.

Industri furnitur Indonesia merupakan salah satu industri yang melibatkan masyarakat lokal, perajin, industri besar hingga pemerintah.

Baca Juga: Pertemuan Negara Anggota G20 di Solo, Ini yang Ditekankan Mendag Lutfi

“Kami ingin menyampaikan pesan bagi dunia bahwa industri furnitur di Indonesia sudah sustainable. Tidak ada lagi industri furnitur yang bahan bakunya ilegal, sudah tinggi traceability-nya, dan bisa dipertanggungjawabkan,” katanya.

“Industri furnitur Indonesia merupakan salah satu industri yang inklusif karena melibatkan masyarakat lokal, perajin, industri besar hingga pemerintah,” tambahnya.

Aspek berkelanjutan tersebut dipenuhi oleh industri furnitur yang berkomitmen menggunakan kayu bersertifikasi Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang sudah memenuhi aspek legal dan kelestarian lingkungan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya