Soloraya
Kamis, 30 Maret 2023 - 10:34 WIB

Gagal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Pencinta Sepak Bola di Soloraya Kecewa

Dhima Wahyu Sejati  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Logo Piala Dunia U-20 2023 di Indonesia

Solopos.com, SOLO — Publik ramai-ramai kecewa dengan keputusan FIFA membatalkan perhelatan Piala Dunia U-20 yang sebelumnya dijadwalkan berada di Indonesia.

Kabar dari FIFA yang secara resmi diumumkan Rabu (29/3/2023) 22.00 WIB itu sontak membuat kaget para penggemar sepak bola. Beragam reaksi dan ekspresi kekecewaan ditunjukan di media sosial, tidak terkecuali para penggila bola di sekitar Solo.

Advertisement

Wacana Solo menjadi tuan rumah final Piala Dunia U-20 yang terus dihembuskan oleh Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, semula memberi angin segar bagi pecinta bola di sekitar Solo. Hanya selangkah lagi, publik bisa nonton secara langsung perhelatan akbar sepak bola dunia itu.

Meski timnas muda yang tampil, namun mimpi Indonesia berlaga di piala dunia hampir terwujud. Namun kabar tidak mengenakan dari FIFA memupus harapan banyak penggemar sepak bola Tanah Air dan mimpi pemain muda Indonesia untuk merumput di ajang bergengsi itu.

Salah satu penggemar sepak bola asal Klaten, Fauzan, 22, mengatakan sudah sejak awal menanti gelaran Piala Dunia U-20 itu. Sejak kecil, ia sudah memiliki keinginan untuk bisa menonton piala dunia secara langsung, apalagi Timnas Indonesia turut merumput.

Advertisement

“Kecewa itu pasti. Masalahnya ini juga cita-cita dari kakek saya. Dia adalah salah satu orang yang mengenalkan saya sepak bola sejak kecil dan dia pernah bilang kepada saya ‘suatu saat nanti kamu bisa nonton piala dunia secara langsung di negaramu’,” ujar dia menirukan perkataan kakeknya, Kamis (30/3/2023).

Kecintaan Fauzan terhadap sepak bola sudah ada sejak kecil. Dia tunjukan lewat kegemarannya bermain bola bersama teman-temannya, menonton liga di televisi, dan kenangan masa kecil lain, terutama bersama kakeknya. 

“Bola adalah kawan, sahabat, cinta pertama saya karena dulu waktu kecil kawan saya adalah bola. Eh, impian itu [nonton Pildun] hampir terjadi malah dirusak,” lanjut dia.

Advertisement

Meski begitu dia berharap Timnas Indonesia U-20 tetap bisa bermain di piala dunia. Namun kekhawatiran terbesar Fauzan adalah ketika Indonesia harus menerima sanksi dari FIFA. 

“Kalau berandai-andai hal terburuk kita di-banned, wah saya enggak bisa bayangkan dunia hitam sepak bola Indonesia terjadi lagi. Padahal tren sepak bola Indonesia lagi ke arah yang positif maju,” ujar dia.

Dia menilai timnas usia muda sudah terlihat progres kemajuannya. Fauzan juga turut senang liga sepak bola Indonesia menurutnya mulai maju dengan adanya pelatih top Eropa datang untuk melatih.

“Namun sekarang keadaanya sudah terlanjur begini, ini yang dirugikan suporter dan pemain timnas,” kata dia.

Meski patah hati, dia mengaku tidak kapok mencintai sepak bola. Konsekuensi dari mencintai adalah tersakiti.

Kini Fauzan tinggal memilih mengekspresikan cintanya terhadap sepak bola dengan vakum menonton pertandingan bola.

“Saya tetap cinta, tapi nanti beda cara mengekspresikannya. Bisa dengan tidak menonton sepak bola adalah cara mengekspresikan rasa cinta, supaya tidak berekspektasi terlalu tinggi. Tapi cinta ya cinta, tetap. Kalau cinta ada kata karena itu kalkulasi, nek kata Mbah Sujiwo Tejo,” kata dia sambil tertawa.

Kekecewaan juga dirasakan disampaikan Yoga, 27, pria asal Jagalan, Jebres, Solo. Dia mengaku sejak awal menantikan Timnas Indonesia bermain di piala dunia. 

“Kecewa dan sedih padahal kita sudah mau jadi tuan rumah, sangat disayangkan atas kejadian tersebut. Kapan lagi coba bisa terwujud pemain muda kita main di Pildun,” kata dia.

Menurutnya pemain dan suporter yang paling dirugikan dan merasa paling kecewa. Apalagi, dia mengatakan event besar ini sangat dinanti-nantikan oleh seluruh pecinta bola Tanah Air.

“Aku harap sih timnas U-20 tetap bisa bermain walaupun gagal menjadi tuan rumah. Seenggaknya mengobati kekecewaan pemain. Tapi apakah bisa?” harap dia.

Salah satu Mahasiswa UNS Solo, Bisri, 23, menilai kegagalan menjadi tuan rumah menjadi catatan hitam bagi federasi. Dia mengaku tidak begitu mengikuti sepak bola, namun dia tetap merasakan kekecewaan.

“Kecewa bukan karena gagalnya sih, lebih ke kecewa soal penanganan Kanjuruhan. Ibaratnya wis kasep mangkel, jadi pas gagal jadi tuan rumah piala dunia ya merasa memang itu pantas,” lanjut dia.

Menurutnya orang pertama yang paling kecewa pasti pemain yang sudah menyiapkan segalanya untuk main di Piala Dunia U-20. Sudah menyiapkan mental dan fisik namun gagal merumput.

“Yang paling kecewa dan dirugikan pasti pemain dan pelatih sih, soalnya sudah bersiap dari lama kan mesti. Mental pasti down tidak jadi main di piala dunia. Kaya wingi pernyataan Hokky Caraka karo pemain liyane yang kecewa. Tapi pencinta bola, pendukung timnas, calon volunteer bisa jadi juga kecewa,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif