SOLOPOS.COM - Aloys Budi Purnomo, Pr aloybudipurnomopr@gmail.com Rohaniwan Budayawan interreligius Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang

 

Aloys Budi Purnomo, Pr aloybudipurnomopr@gmail.com   Rohaniwan Budayawan interreligius Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang

Aloys Budi Purnomo, Pr
aloybudipurnomopr@gmail.com
Rohaniwan
Budayawan interreligius
Ketua Komisi Hubungan
Antaragama dan Kepercayaan
Keuskupan Agung Semarang

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Pesan Natal bersama Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) 2013 bertema Datanglah, Ya Raja Damai (bdk. Yes. 9:5). Tema ini dipilih dengan konteks kehidupan sosial politik kemasyarakatan kita yang belakangan ini ditandai karut-marut kepemimpinan yang amburadul dan lembek!

Dalam situasi itu, kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat menjadi gampang galau oleh tindakan-tindakan koruptif, diskriminatif, dan destruktif. Merujuk kitab, tema Natal bersama PGI dan KWI kali ini diilhami suatu ayat dalam Kitab Nabi Yesaya 9: 5.

Ayat tersebut berbunyi, ”Sebab seorang anak telah lahir untuk kita; seorang putra telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di bahunya, dan namanya disebutkan orang; Penasihat Ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai”.

Dalam kutipan tersebut, Yesus yang lahir ke dunia ditandai dengan empat gelar. Pertama, Yesus disebut ”Penasihat Ajaib”. Yesus yang kelahiran-Nya kita rayakan akan menjadi keajaiban adikodrati yang membawakan hikmat sempurna dan karenanya menyingkapkan rencana keselamatan yang sempurna pula bagi dunia.

Kedua, Yesus digelari ”Allah yang perkasa”. Mengapa? Karena dalam diri-Nya seluruh kepenuhan ke-Allah-an akan berdiam secara jasmaniah (bdk. Kol. 2: 9, bdk. Yoh. 1: 1.14). 3). Itulah sebabnya Yesus Kristus disebut sebagai Putra Allah yang Maha Tinggi. Dalam diri-Nya, sifat-sifat ke-Allah-an terpancar secara sempurna dan istimewa.

Ketiga, Yesus disebut dengan gelar ”Bapa yang Kekal”. Yesus datang ke dunia mengejawantahkan sosok Bapa Surgawi. Dalam penampilan dan karya publik-Nya, Yesus juga bertindak terhadap umat-Nya secara kekal bagaikan seorang bapa yang penuh belas kasih, melindungi, dan memenuhi kebutuhan anak-anak-Nya (bdk. Mzm. 103:3). 4).

Ia menghadirkan sifat ke-bapa-an Allah dalam kelemahlembutan, belas kasih, dan kemurahan hati kepada umat manusia sebagai anak-anak-Nya. Keempat, Yesus disebut ”Raja Damai”. Ia hadir sebagai Raja Semesta Alam, bukan sebagai sosok yang haus kekuasaan, kekayaan, dan kedudukan, melainkan sebagai Raja Damai yang menyerahkan hidup-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang. Pemerintahan-Nya membawa damai bagi umat manusia melalui pembebasan dari dosa dan kematian (bdk. Rm. 5:1; 8:2).

Atas dasar permenungan kitab itu, kita semua diundang untuk menebarkan damai dan sejahtera Natal dalam kehidupan bersama. PGI dan KWI melihat dengan cermat keprihatinan yang masih mewarnai kehidupan kita bersama sebagai bangsa dan negara.

Kepriatinan itu ditempatkan dalam kerangka syukur bahwa secara konstitusional bangsa Indonesia menjamin kebebasan beragama. Namun, dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara, kita juga masih melihat, mengalami, dan merasakan adanya tindakan-tindakan intoleran yang mengancam kerukunan hidup bersama.

Sayangnya, fakta intoleransi bertaburan dengan diembuskannya isu mayoritas dan minoritas di tengah-tengah masyarakat oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan kekuasaan, entah itu kekuasaan yang harus dipertahankan melalui status quo, maupun kekuasaan yang hendak diraih sebagai status jabatan.

Tindakan intoleran ini secara sistematis hadir dalam berbagai bentuk yang bahkan kerap kali disertai dengan tindakan-tindakan anarkistis dan destruktif. Keprihatinan itu kian parah sebab di depan mata kita, kita dihadapkan pada realitas ekologis, sebagaimana tampak dalam perusakan alam melalui cara-cara hidup keseharian yang tidak mengindahkan kelestarian lingkungan seperti kurang peduli terhadap sampah, polusi, dan lingkungan hijau, maupun dalam bentuk eksploitasi besar-besaran terhadap alam melalui proyek-proyek yang merusak lingkungan.

Pelaku utama tak lain juga mereka yang berkuasa dan bermodal yang berkelindan dengan penguasa. Ujung-ujungnya, rakyat pula yang dirugikan! Sudah haus kekuasaan dengan menghalalkan segala cara, para pemimpin kita juga terus terlibat dalam kejahatan korupsi yang semakin menggurita.

Kendati usaha pemberantasan sudah dilakukan dengan tegas dan tak pandang bulu, tetapi tindakan korupsi yang meliputi perputaran uang dalam jumlah yang sangat besar masih terus terjadi. Yang menyedihkan adalah mereka yang melakukan korupsi tali-menali tak pernah diputus tuntas.

Kita prihatin karena lemahnya integritas para pemimpin bangsa kita. Integritas moral para pemimpin bangsa ini kian hari kian merosot dan bobrok. Pesan PGI-KWI dengan tegas menyebutkan disiplin, kinerja, komitmen, dan keberpihakan kepada kepentingan rakyat digerus oleh kepentingan politik kekuasaan.

Namun demikian, kita bersyukur karena Tuhan masih menghadirkan beberapa figur pemimpin yang patut dijadikan teladan. Kenyataan ini memberi secercah kesegaran di tengah dahaga dan kecewa rakyat atas realitas kepemimpinan yang ada di depan mata.

Dalam kegalauan dan kegelisahan keprihatinan tersebut, pesan tema Natal 2013, Datanglah, Ya Raja Damai, menjadi sangat relevan dan signifikan bagi kita. Berpangkal dari nubuat Nabi Yesaya, kita diajak berseru dan berdoa, “Datanglah, ya Raja Damai!” Doa permohonan ini sekaligus merupakan harapan akan datangnya sang pembawa damai dan penegak keadilan.

Dalam semangat Natal, kelahiran Yesus Kristus yang telah menyatakan karya keadilan dan perdamaian dunia, dan karenanya pada saat yang sama umat berkomitmen untuk mewujudkan kembali karya itu, yaitu karya perdamaian di tengah konteks kita; kita diundang untuk mewujudkan dan menebarkan damai sejahtera Natal.

Implementasinya, seluruh umat Kristiani di Indonesia harus menyadari panggilan mereka untuk tidak jemu-jemu menjadi agen-agen pembawa damai di mana pun berada dan berkarya. Beberapa hal konkret bisa diwujudkan. Pertama, kita harus terus mendukung upaya-upaya penegakan keadilan, baik di lingkungan kita maupun dalam lingkup yang lebih luas.

Kita harus menjadi pribadi-pribadi yang adil dan bertanggung jawab, baik dalam lingkungan keluarga, pekerjaan, gereja, masyarakat, dan di mana pun Allah mempercayakan diri kita berkarya. Keadilan harus ditegakkan dengan sikap hidup yang berintegritas, disiplin, jujur, dan cinta damai.

Kedua, damai sejahtera Natal ditebarkan melalui perhatian serius terhadap upaya-upaya pemeliharaan, pelestarian, dan pemulihan lingkungan hidup. Secara sederhana, kita bisa mulai dengan peduli terhadap kebersihan dan keindahan alam di sekitar kita, penghematan pemakaian sumber daya yang tidak terbarukan, serta bersikap kritis terhadap berbagai bentuk kegiatan yang bertolak belakang dengan semangat pelestarian lingkungan hidup.

Sikap ini juga menjadi wujud keadilan dan perdamaian terhadap lingkungan serta generasi penerus kita. Ketiga, berangkat dari semangat Natal 2013, kita sambut cinta damai dan hidup rukun menjadi dasar yang kokoh dan modal yang sangat penting untuk menghadapi agenda besar bangsa kita, yaitu pemilihan umum anggota legislatif maupun pemilihan presiden dan wakil presiden pada 2014.

Kita diundang untuk menebarkan damai sejahtera Natal dengan menjadi pembawa damai di tengah karut-marut kehidupan berbangsa dan bernegara. Sangat menarik, pesan bersama Natal 2013 ditandai pula dengan doa perdamaian dari Santo Fransiskus Asisi, yang juga menjadi doa harian kita.



”Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai. Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta kasih. Bila terjadi penghinaan jadikanlah aku pembawa pengampunan. Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan. Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian. Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran”.

”Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku sumber kegembiraan. Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang. Tuhan, semoga aku lebih ingin menghibur daripada dihibur, memahami daripada dipahami, mencintai daripada dicintai. Sebab, dengan memberi aku menerima. Dengan mengampuni aku diampuni. Dengan mati suci aku bangkit lagi, untuk hidup selama-lamanya. Amin!”

Semoga damai sejahtera Natal kian tertabur dalam kehidupan kita bersama. Selamat Natal! Tuhan memberkati bangsa ini dengan damai dan sejahtera-Nya!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya