SOLOPOS.COM - Pengunjung berjalan di deretan warung tenda di Gladag Langen Bogan (Galabo) Solo, beberapa waktu lalu. Kawasan wisata kuliner itu kini dikeluhkan pedagang sepi pembeli. (Dwi Prasetya/JIBI/SOLOPOS)

Pengunjung berjalan di deretan warung tenda di Gladag Langen Bogan (Galabo) Solo, beberapa waktu lalu. Kawasan wisata kuliner itu kini dikeluhkan pedagang sepi pembeli. (Dwi Prasetya/JIBI/SOLOPOS)

SOLO — Belasan pedagang di sisi timur Gladak Langen Bogan (Galabo) memilih berhenti berjualan. Pedagang tidak mau merugi lantaran ketika berjualan dagangan mereka tidak laku.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Saat ini, 14 selter kosong melompong karena ditinggal pergi pemiliknya. Menurut pedagang, selter kurang strategis sehingga membuat dagangan tidak laku. Perwakilan paguyuban Pedagang Galabo malam, Wahyono mengakui belasan selter di Galabo kosong sejak beberapa bulan lalu. “Sekarang yang tersisa hanya 43 selter. Yang kosong ada 14 selter. Kalau awalnya total selter ada 57 unit,” ujar Wahyono kepada Solopos.com, Rabu (26/6).

Wahyono memaparkan kekosongan belasan selter Galabo sisi timur sudah dilaporkan ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Solo. Menurut dia, kekosongan selter disebabkan kondisi sisi timur sepi pembeli. “Pintu masuk utama ke kawasan Galabo kan dari sisi barat. Jadi pembeli biasanya langsung menuju warung yang dituju. Tidak sampai ke timur sudah mendapatkan makanan yang dicari. Paling sampai di tengah pembeli sudah beranjak pulang,” kata dia.

Menurut Wahyono, kekosongan selter harus dicari solusinya, antara lain Pemkot harus mengambil langkah cepat untuk mempromosikan atau mengadakan even tertentu yang bisa menarik masyarakat luas. “Kalau dibiarkan kosong terus menerus, pedagang lain akan merugi. Untuk biaya administrasi di Galabo jadi membengkak, seperti biaya listrik dan iuran lainnya,” papar dia.

Sementara itu, Kepala Disperindag Kota Solo, Rohana mengakui kondisi Galabo sekarang kurang mendukung untuk berjualan. “Pedagang pada mengeluh. Kalau hujan tertimpa air hujan. Pembeli yang datang juga terkena air hujan,” kata Rohana saat dihubungi, Rabu.

Rohana mengakui ada 40-an pedagang baik siang dan malam yang tidak berjualan di Galabo. Kondisi tersebut berdasarkan laporan dari pedagang siang dan malam. “Mayoritas pedagang mengeluh kondisi selter yang kurang nyaman. Makanya saat ini kami rancang membuat detail engineering design (DED) ulang selter Galabo dalam APBD Perubahan. Nanti kami panggil paguyuban pedagang untuk membentuk team work,” papar dia.

Pihaknya saat ini terus berpikir keras untuk meramaikan Galabo. Jika dibiarkan, kata dia, dapat berpengaruh pada pedagang lain. “Kami pernah diskusikan masalah ini dengan pedagang. Dan untuk memperbaiki semua butuh waktu. Kami juga merangkul stakeholder,” pungkas dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya