Soloraya
Senin, 19 Desember 2022 - 08:00 WIB

Gandeng Petani Tawangmangu, RITE FT UNS Solo Buat Mesin Pengolah Kopi

Bc  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tim Riset Rekayasa Industri dan Tekno Ekonomi (RITE) dari Program Studi (Prodi) Teknik Industri Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo mencoba mesin pengolah kopi yang mereka buat. (Istimewa/UNS Solo)

Solopos.com, KARANGANYAR — Berdasarkan riset dari Kementrian Perindustrian (Kemenprin) pada tahun 2022, Industri makanan dan minuman ke depan akan menjadi sektor yang berkontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu tren industri dalam sektor minuman yang menjadi tren saat ini adalah kopi.

Seolah telah mendapatkan pasarnya sendiri, kopi telah banyak memikat jutaan hati para penikmatnya. Hal tersebut dibuktikan dengan data yang dihimpun Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian yang menunjukkan jumlah konsumsi kopi nasional sebesar 298.000 ton pada 2020.

Advertisement

Besarnya angka kebutuhan kopi akan terus meningkat seiring dengan maraknya tren penikmat kopi di dalam negeri. Kendati belum termasuk kebutuhan kopi untuk di ekspor ke luar negeri yang juga sangat besar, sehingga data ini menjadi dasar bagimana pentingnya sinergisitas peran semua elemen untuk mengambil peluang potensial dari industri kopi tanah air.

Salah satu bentuk sinergi dalam rangka meningkatkan peluang industri kopi tanah air adalah kerja sama antara tim Riset Rekayasa Industri dan Tekno Ekonomi (RITE) dari Program Studi (Prodi) Teknik Industri Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) dengan para Industri Kecil Mikro (IKM). Pelaku IKM ini  yaitu para petani kopi yang tergabung dalam kelompok tani kopi Prohutani di Tawangmangu, Karanganyar.

Advertisement

Salah satu bentuk sinergi dalam rangka meningkatkan peluang industri kopi tanah air adalah kerja sama antara tim Riset Rekayasa Industri dan Tekno Ekonomi (RITE) dari Program Studi (Prodi) Teknik Industri Fakultas Teknik (FT) Universitas Sebelas Maret (UNS) dengan para Industri Kecil Mikro (IKM). Pelaku IKM ini  yaitu para petani kopi yang tergabung dalam kelompok tani kopi Prohutani di Tawangmangu, Karanganyar.

Baca Juga: Sosialisasi IKD, UNS Solo Jadi Pilot Project Program Dukcapil Goes to Campus

Koordinator riset UNS, Rony Zakariya ST MT, bersama dengan tim melakukan edukasi kepada para petani kopi di lereng lawu terkait perbaikan proses penanganan pascapanen. Hal ini berdasarkan pengamatan oleh tim riset terhadap para petani kopi yang masih melakukan pengolahan pascapanen dengan cara tradisional. Pengolahan seperti ini cenderung berpotensi menurunkan kualitas kopi dan secara otomatis akan berpengaruh terhadap harga.

Advertisement

Dirancang khusus, mesin ini berfungsi melakukan sortasi yang multifungsi. Mesin ini mampu memisahkan dengan teliti biji kopi dari segala macam kotoran, mulai dari ranting, serangga, pasir, bahkan logam sekalipun. Mesin ini sekaligus mensortasi (gradding) biji kopi berdasarkan ukurannya yang sesuai dengan standar yang diinginkan konsumen.

“Ke depan, kami akan terus melanjutkan pendampingan terhadap para IKM pada kali ini adalah petani kopi. Harapannya mereka dapat melakukan standardisasi pada pengolahan kopi dan mendapatkan sertifikasi SNI. Hal ini sebagai bagian dari hilirisasi riset dan pengabdian masyarakat dari tim riset kami yang ingin berkontribusi secara masif kepada para petani kopi agar mampu meningkatkan potensi kopi lereng lawu,” ungkap Rony Zakaria dalam rilis yang diterima Solopos.com, Minggu (18/12/2022).

Baca Juga: Terus Berinovasi, UNS Raih Penghargaan Anugerah Keterbukaan Informasi Publik

Advertisement

Dengan adanya terobosan baru dalam hal standardisasi pengolahan kopi pascapanen, berpeluang mendongkrak popularitas kopi arabika khas di lereng Lawu sebagai komuditas unggulan. Pada akhirnya ini akan secara otomatis meningkatkan kesejahteraan para petani.

UNS menggelar kegiatan sosialisasi di resto daerah Tawangmangu yang diikuti lebih dari 20 petani yang tergabung dalam kelompok tani Prohutani. Sudiyono selaku koordinator Prohutani mengaku sangat terbantu dengan hadirnya sosialisasi terkait penanganan kopi pascapanen.

Petani Belum Paham Standardisasi Pengelolaan Kopi

Ia mengakui proses pengolahan yang dilakukan para petani binaan selama ini masih tradisional. Sebagian besar petani tidak mengetahui potensi besar pasar kopi yang memiliki standar SNI.

Advertisement

“Kami benar-benar tidak mengetahui proses pengolahan kopi pascapanen yang sesuai standar yang benar. Yang kami  pahami hanya merawat tanaman dan memetik kopi. Selanjutnya kami melakukan proses secara tradisional berdasarkan yang kami pahami selama ini,” ungkap Sudiyono.

Baca Juga: Cerita Rizki, Mahasiswa Sekolah Vokasi UNS Solo Rasakan Kuliah di Hungaria

Lereng Lawu memiliki iklim dan tanah yang cocok untuk tanaman kopi, selain mempunyai potensi wisata. Beberapa daerah di Karanganyar yang bisa untuk budidaya kopi sangat berpeluang berkompetisi pada pasar industri kopi. Salah satunya para petani harus memahami pola perawatan dan penanganan pascapanen yang baik dan benar.

“Saya berharap kopi daerah lereng Lawu khususnya daerah Karanganyar ini menjadi ikon yang dapat dilirik pasar kopi dunia,” pungkas Rony selain koordinator riset dia juga sebagai maniak penikmat kopi.

Pada kegiatan tersebut para petani menyambut pemaparan narasumber dengan cukup antusias. Para petani juga terbuka dengan hadirnya trobosan teknologi pengolahan kopi yang ditawarkan oleh tim riset UNS. Terakhir Rony juga menyampaikan

“Ke depan, jika mesin sudah siap diproduksi secara masal, harapannya mampu menjangkau para petani yang sebenarnya memiliki potensi produksi tinggi agar memiliki nilai ekonomis tinggi,” Imbuhnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif