Soloraya
Kamis, 16 Januari 2020 - 12:32 WIB

Gara-Gara Tikus, Petani Pranan Sukoharjo Tak Berani Menanam Padi

Indah Septiyaning Wardani  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petani bersama Pemdes dan elemen masyarakat di Desa Pranan, Polokarto, Sukoharjo, melakukan gropyokan tikus, Kamis (16/1/2020). (Solopos-Indah Septiyaning W.)

Solopos.com, SUKOHARJO -- Pemerintah desa (pemdes) Pranan, Kecamatan Polokarto, Sukoharjo, bersama petani dan melibatkan berbagai unsur masyarakat menggelar gropyokan massal tikus pada Kamis (16/1/2020).

Ratusan ekor tikus berhasil ditangkap saat gropyokan tersebut.

Advertisement

Berdasarkan pantauan solopos.com, gropyokan tikus dimulai sekitar pukul 07.00 WIB. Seluruh elemen bersama-sama melakukan pemburuan dengan cara membongkar sarang tikus.

Mereka disebar di seluruh area persawahan seluas 135 hektare dengan membawa berbagai peralatan seperti cangkul, alat pemukul dan lainnya.

Advertisement

Mereka disebar di seluruh area persawahan seluas 135 hektare dengan membawa berbagai peralatan seperti cangkul, alat pemukul dan lainnya.

Giyarto, 70, petani Desa Pranan, Kecamatan Polokarto, dengan berbekal alat berupa pentungan dari bambu menunggu setiap gerakan di saluran air.

Begitu terlihat ada gerakan, tangannya langsung memukul tepat disumber gerakan tersebut. "Bukkkk..." Begitu bunyi pukulan itu sangat keras dan menghujam tepat ke tubuh tikus kecil.

Advertisement

Giyarto mengatakan hama tikus menyerang tanaman padi siap tanam sejak beberapa pekan terakhir. Bahkan dirinya tidak sampai berani menanam benih padi lantaran khawatir dimakan tikus.

"Ada yang sudah tanam benih padi langsung habis dimakan tikus. Makanya saya nunggu tikus-tikus ini dibasmi lebih dulu," katanya.

Petani lain, Sriyono, 50, mengaku beberapa lahan persemaian tanaman padi rusak gara-gara dimakan tikus. Karena itu guna mengatasi serangan hama tikus dilakukan gerakan gropyokan tikus secara massal.

Advertisement

"Tiap hari tikus kami buru, tapi nyatanya belum mampu membasminya. Karena dibutuhkan pembasmian bersama-sama sehingga tidak ada lagi tikus," katanya.

Gurihnya Rica-Rica Menthok Pak Yho di Kartasura, Ludes dalam 4 Jam

Kepala Desa (Kades) Pranan, Jigong Sarjanto, mengatakan serangan tikus meningkat memasuki musim penghujan ini. Bahkan populasinya meningkat hingga dua kali lipat, sehingga diperlukan upaya pemberantasan tikus melalui gerakan gropyokan secara massal.

Advertisement

Gropyokan tersebut kerjakan dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat. Tidak hanya Pemdes dan petani, melainkan gabungan kelompok tani (Gapoktan), warga dan anak-anak. Gropyokan ini dinilai efektif dilakukan sebelum pengolahan lahan memasuki musim tanam.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif