SOLOPOS.COM - Petani asal Masaran, Sragen, Pardiyanto, 60, menjadi salah satu calon haji yang akan berangkat tahun ini tapi tanpa ditemani istri. Foto diambil Rabu (24/5/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Pardiyanto, 60, menjadi salah satu dari sedikit warga Sragen yang beruntung karena bisa menunaikan ibadah haji tahun ini. Setelah menunggu 11 tahun, petani asal Dukuh Pilangbangu RT 022, Desa Sepat, Kecamatan Masaran, Sragen, itu bakal terbang ke Tanah Suci pada 10 Juni 2023.

Sayangnya, ia akan berangkat sendiri tanpa ditemani istrinya walau sangat ingin. Istri Pardiyanto dijadwalkan baru akan berangkat pada 2025. Ditemui pada Rabu (24/5/2023), pria paruh baya itu masih menjalani aktivitas bertaninya. Suara motor matik terdengar di samping rumahnya.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Pria yang akrab dipanggil Pardi itu pulang membawa sekarung rumput dan langsung dibawa ke kandang sapi di samping rumah. Ada dua ekor sapi indukan dan satu sapi anakan. Dalam sehari, Pardi hanya memberi makan ternaknya rumput sekali. Selebihnya diberi makan damen atau batang tanaman padi lepas panen.

Selain memelihara sapi, Pardi juga menggarap sawah yang tak begitu luas. Sebelum bertani, Pardi pernah bekerja sebagai karyawan di PT Putra Dadi Sejahtera milik Budiono Rahmadi yang masih keponakan sendiri. Ia berspekulasi untuk membeli mobil pikap dari hasil penjualan sapi untuk modal berjualan perabot dapur di luar Jawa. Perabot dapur itu ia jual seharga Rp10.000 dapat tiga buah.

“Saya jual sapi laku Rp25 juta. Uang itu dibelikan mobil pikap dan kekurangan diambilkan [utang] dari bank. Untuk angsuran bank bisa lunas dan akhirnya membeli mobil baru lagi dengan menggunakan jasa bank. Setelah lunas, mobil itu saya jual untuk mendaftar berangkat haji bersama istri pada 2012 lalu,” ujar Pardi saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu siang.

Tak Bareng Istri

Saat mendaftar haji, Pardi masih menjadi karyawan PT PDS Sragen. Setelah itu ia mengundurkan diri dan memilih kembali menjadi petani. Sejatinya dia ingin berangkat bersama istrinya. Namun, saat pendaftaran ternyata terjadi kesalahan data sehingga pembenahan data membutuhkan waktu sebulan sehingga jadwal pemberangkatan Pardi tidak bisa bareng sang istri.

“Pengumuman awal saya berangkat pada 2024 dan istri berangkat 2025. Ternyata jadwal pemberangkatan saya maju di 2023 ini. Pemberitahuannya saat Bulan Puasa lalu. Terus mau tidak mau harus menyelesaikan manasik 24 kali di Bulan Puasa. Manasiknya kadang di Masaran, Sragen, dan di Donohudan, Boyolali,” kisah Pardi.

Pardi tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 62 Sragen. Pardi sempat berharap bahwa ia bisa berangkat bareng istri setelah mendengar ada penambahan kuota haji. Ternyata keinginan itu belum bisa terealisasi.

“Sekarang amalannya ya sabar dan ikhlas. Keinginan kami berhaji itu sudah lama. Dulu belum bisa mendaftar karena kondisi yang belum memungkinkan,” katanya.

Sementara itu, pemilik PT PDS Sragen, Budiono Rahmadi, menyampaikan pamannya, Pardiyanto, adalah orang yang ulet. Pardi bisa membangun musala di samping rumahnya karena ketekunannya. Dia menjadi sosok inspiratif yang bisa jadi contoh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya