SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Dok)

Ilustrasi (Dok/JIBI/SOLOPOS)

SOLO–Kota Solo menjadi jujukan buangan gelandangan dan orang gila dari berbagai daerah.  Mereka diangkut menggunakan mobil dan dibuang berbagai wilayah Solo.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, Kamis (24/1/2013), gelandangan dan orang gila dibuang melalui pintu-pintu perbatasan, seperti di Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon.

Para gelandangan dan orang gila tersebut diangkut menggunakan mobil pada malam hari saat aktivitas sepi. Mereka kemudian dibuang tersebar  di wilayah Solo.  Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Solo Sutarjo kepada Solopos.com mengatakan telah melakukan penyisiran di sejumlah titik terkait keberadaan gelandangan dan orang gila tersebut. Diakuinya, gelandangan dan orang gila ini merupakan buangan dari luar daerah luar Solo.

“Kami telah menerima laporan ada mobil bawa orang banyak isinya gelandangan dan orang gila ini. Mereka terus dibuang di Solo,” ungkapnya.

Penanganan Tuntas

Sutarjo mengaku tidak bisa memungkiri jika Solo menjadi tempat buangan gelandangan dan orang gila. Terlebih lagi karena Solo serius menangangi masalah sosial hingga tuntas. Seperti halnya untuk penanganan orang gila yang terjaring razia di bawa ke Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) dan Griya PMI. Bahkan pasien orang gila yang telah dinyatakan sembuh dipulangkan ke rumahnya masing-masing. Sutarjo mengatakan tidak memandang asal usul gelandangan dan orang gila.

Namun demikian, Sutarjo menambahkan pihaknya akan terus melakukan razia gelandangan dan orang gila yang meresahkan masyarakat. Pihaknya tidak ingin keberadaan mereka mengganggu kenyamanan masyarakat.

Warga Semanggi Heru W mengeluhkan keberadaan para gelandangan dan orang gila yang banyak ditemui di wilayah Semanggi. Menurutnya, keberadaan mereka sangat mengganggu ketentraman warga.

“Biasanya orang gila nongkrong di gang jalan. Kalau mau lewat kan takut,” keluhnya.

Warga lain, Dea M mengaku risih melihat gelandangan yang tidur di depan toko. Selain menganggu keindahan pemandangan kota juga dapat menimbulkan kerawanan di wilayah tersebut. “Kalau bisa ada kebijakan khusus. Kalau hanya dirazia pasti balik lagi. Jumlahnya tidak turun malah tambah,” tuturnya.

Sekretaris PMI Solo Sumartono Hadinoto sebelumnya mengatakan beban operasional Griya PMI untuk menangani pasien orang telantar dengan gangguan kejiwaan dinilai tinggi. Rata-rata PMI harus mengeluarkan ongkos Rp500.000 per pasien per bulannya. Selama ini, dia mengatakan hanya mengandalkan anggaran dari pengurus dan donatur.

Belum ada alokasi anggaran bantuan dari APBD mana pun. Dia mengatakan pasien Griya PMI diprioritaskan orang telantar yang mempunyai sakit jiwa. Griya PMI ini mampu menampung 200 pasien.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya