SOLOPOS.COM - Audiensi antara pelaku usaha kawasan Sriwedari Solo dengan Wali Kota di Balai Kota Solo, Senin (5/3/2018). (Indah Septiyaning W./JIBI/Solopos)

Para pelaku usaha di Sriwedari Solo mendatangi Balai Kota untuk minta penjelasan soal penataan kawasan tersebut.

Solopos.com, SOLO — Puluhan warga serta pelaku usaha di kawasan Sriwedari yang tergabung dalam Forum Komunitas Sriwedari (Forksi) menggeruduk Balai Kota Solo, Senin (5/3/2018). Mereka mempertanyakan kejelasan nasib mereka terkait rencana pembongkaran kios atau lapak oleh Pemkot seiring penataan kawasan Sriwedari.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Berdasarkan pantauan Solopos.com, puluhan anggota Forksi terdiri atas pedagang, komunitas seni budaya, hingga organisasi yang sekretariatnya berlokasi di Sriwedari berdatangan di Balai Kota pukul 10.00 WIB. Mereka langsung ditemui Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo didampingi jajaran pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait di ruang Manganti Praja Kompleks Balai Kota.

Ketua Forksi, Safik Hanafi, mengatakan khawatir dengan rencana pembongkaran lapak yang direncanakan Pemkot. Hingga saat ini belum ada sosialisasi dari Pemkot terkait kelanjutan nasib mereka setelah lapak dibongkar.

“Kami hanya meminta kejelasan nasib pedagang. Akan ditaruh mana, kemudian kapan pelaksanaannya. Karena di sana kami juga mencari penghidupan,” kata dia saat audiensi.

Baca:

Hal senada disampaikan pelaku usaha lainnya, Joko Sukamto. Joko meminta Pemkot menyiapkan lokasi sementara bagi pedagang setelah pembongkaran kios atau lapak.

“Kami hanya berharap ada kejelasan dari Pak Wali. Kami ingin tetap disediakan tempat agar tetap bisa berjualan,” katanya.

Dia menuturkan seluruh pelaku usaha dan warga Sriwedari mendukung langkah Pemkot dalam menata kawasan Sriwedari. Mereka juga bersedia ditempatkan di lokasi baru jika Pemkot akan mulai mengerjakan pembangunan Masjid Taman Sriwedari.

Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo meminta pedagang di kawasan Sriwedari untuk tidak khawatir terkait rencana Pemkot menata kawasan tersebut. Penataan kawasan Sriwedari telah disusun dan mengakomodasi seluruh pihak, termasuk pedagang kaki lima (PKL), kios, dan komunitas di dalamnya.

Pemkot Solo juga telah mendata dan mengunci data pedagang di Sriwedari agar tidak dimanfaatkan pihak tak bertanggung jawab. Pemkot Solo tak serta merta membongkar lapak.

“Kami sudah memikirkan itu semua. Pedagang juga nanti akan diberi ongkos bongkar. Tidak perlu khawatir, pembangunan masjid nanti dikerjakan secara bertahap,” katanya.

Rudy berjanji mengakomodasi keinginan pedagang yang meminta selter pengganti jika kios yang mereka tempati dibongkar. Rencananya para pedagang ditempatkan di selatan Stadion Sriwedari yang saat ini digunakan sebagai tempat latihan stir mobil.

Pemkot berencana membangun gedung parkir dilengkapi foodcourt di lokasi tersebut. Kemudian Pemkot juga akan menata pedagang pigura, pusat jajanan Sriwedari (Pujasari), serta toko buku Sriwedari (busri).

“Konsepnya sudah kami buat semua. Tidak saya beberkan sekarang, nanti akan kami sosialisasikan kepada masyarakat bagaimana rencana penataan kawasan di sana,” katanya.

Rudy pun tak mempersoalkan kini banyaknya reaksi warga Kota Bengawan yang pro dan kontra terkait rencana Pemkot menata Sriwedari. Bahkan menjadi viral di media sosial (medsos) soal rencana tersebut.

“Tidak apa saya di-bully di medsos. Yang jelas kepentingan saya hanya menata Sriwedari akan kejayaannya seperti dulu. Ini bukan untuk kepentingan saya, tapi untuk masyarakat Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya