SOLOPOS.COM - Seorang nelayan mengayuh getek seusai mencari ikan di Rawa Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten, belum lama ini. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATENGetek menjadi alat transportasi di Rawa Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten, yang dipertahankan hingga kini. Secara turun temurun, warga mengandalkan rakit berbahan bambu itu menuju ke tengah perairan untuk mencari ikan atau mendatangi karamba budi daya ikan.

Getek yang digunakan untuk aktivitas warga mencari ikan atau mendatangi karamba itu rata-rata berukuran panjang 7 meter-8 meter dengan lebar sekitar 1 meter hingga 1,5 meter. Galah menjadi alat bantu untuk menggerakkan dan mengendalikan getek.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Salah satu nelayan Rawa Jombor, Kadarjo, 81, mengakui konsistensi warga yang secara turun temurun menggunakan getek dan digerakkan secara manual untuk melintasi kawasan perairan. Dia menceritakan getek itu merupakan hasil karya rakitan warga yang sudah ada sejak zaman lampau.

Baca Juga: Pemilik Warung Apung Minta Revitalisasi Rawa Jombor Dikerjakan Serius

“Dulu awal-awal itu menggunakan pohon pisang. Kemudian berpikiran menggunakan bambu karena lebih kuat dari pada pohon pisang,” kata Kadar saat ditemui Solopos.com di rumahnya di Dukuh Nglaban, Desa Krakitan, Senin (1/11/2021).

Soal dimensi rakit yang selama ini dia gunakan, Kadar menuturkan sekitar 7 meter. Rakit itu dibikin menggunakan tujuh batang bambu ori. Bagi Kadar, satu rakit bisa bertahan selama lima bulan hingga diperbaiki lagi.

“Kalau ukurannya tidak segitu, getek kurang kuat. Tetapi juga tinggal kondisi manusianya,” kata dia.

Baca Juga: Gemar Dakwah, Kapolsek Eromoko Pernah Gelar Pengajian di Tempat Karaoke

Kadar mengatakan sebagian nelayan pernah menjajal menggunakan perahu untuk menggantikan getek. Namun, perahu tak diminati nelayan yang menilai getek lebih stabil ketimbang perahu.

“Dulu pernah mengalami menggunakan perahu. Tetapi saat melemparkan jaring, perahu goyang. Berbeda kalau menggunakan getek itu posisi getek tidak goyang ketika melempar jaring,” jelas dia.

Lantaran hal itu, para nelayan di Rawa Jombor hingga kini masih mengandalkan getek ketika melintasi kawasan perairan Rawa Jombor yang memiliki luas sekitar 186 hektare (ha).

Baca Juga: Religius, Kapolsek Eromoko Wonogiri Dirikan Ponpes dan MTs

Selain getek untuk nelayan, dulu ada getek wisata yang juga terbuat dari bambu. Pada eranya, getek wisata itu ramai berseliweran ketika bulan Syawal atau saat musim Lebaran. Kadar menjelaskan getek wisata yang sempat menjadi primadona itu bermunculan pada era 1980-an.

Ukuran getek wisata lebih besar ketimbang getek yang sehari-hari digunakan oleh nelayan. Lantaran berukuran lebih besar, satu getek wisata tak hanya dikendalikan oleh satu orang.

Kadar pernah membikin getek pariwisata berukuran 25 meter x 7 meter yang bisa menampung hingga 100 orang. Butuh tujuh orang untuk menggerakkan getek tersebut.

Baca Juga: 1.000 Gelas Kopi Gratis bagi Pengunjung Ekowisata Kalitalang Klaten

“Istilahnya disatang [menggerakkan dan mengendalikan getek menggunakan galah bambu] dan itu butuh tujuh orang,” kata dia.

Ada aneka kreasi dari getek wisata yang dioperasikan secara manual itu. Sebagian pembuat melengkapi tempat duduk bagi para penumpang.

Namun, getek wisata tradisional itu tak terlihat lagi bersilewaran selama beberapa tahun terakhir hingga kembali bermunculan perahu wisata tradisional yang dibuat lebih modern.

Baca Juga: Manusia Silver dan PGOT Jl Solo-Jogja Klaten Diciduk Satpol PP

 

Lebih Nyaman

Warga lainnya, Aris Riyanto, 38, mengatakan getek sudah menjadi andalan warga Krakitan mengarungi perairan Rawa Jombor secara turun temurun. “Rata-rata ukuran getek itu 7 meter sampai 8 meter. Ada pula yang 9 meter. Kalau lebar rata-rata 1 meter. Kalau nelayan di sini itu rata-rata mengganti getek setahun sekali,” kata dia.

Aris mengatakan nelayan di Rawa Jombor lebih nyaman menggunakan getek ketimbang perahu lantaran dinilai lebih stabil saat melempar jaring.

“Kalau bagi nelayan di sini lebih aman menggunakan getek ketimbang perahu. Ada teknik khusus ketika menginjak dan mengoperasikan getek. Dari segi nyatang [menggerakkan getek menggunakan galah] itu ada teknik sendiri termasuk berdiri di atas getek itu butuh keseimbangan,” ungkap dia.



Baca Juga: Diterjang Angin, Pohon Tumbang Timpa Mobil di Mireng Klaten

Aris juga mengatakan pada masa lampau ada getek pariwisata yang beroperasi di Rawa Jombor dan digerakkan secara manual. Getek itu ramai beroperasi saat musim Syawalan atau selepas Lebaran. Namun, getek wisata tradisional itu puluhan tahun tak lagi dioperasikan.

Sejak 2019, perahu pariwisata bermunculan dan beroperasi saban hari. Perahu wisata tradisional itu beroperasi salah satunya untuk menghidupkan lagi getek wisata di Rawa Jombor. Namun, bentuk dan perlengkapan perahu kini lebih modern dan bervariasi serta dilengkapi mesin penggerak.

Selain itu, perahu wisata dinilai lebih aman dan kini dilengkapi pelampung disesuaikan dengan jumlah penumpang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya