SOLOPOS.COM - Proyek revitalisasi Taman Balekambang masih dalam pengerjaan hingga Rabu (18/1/2023). (Solopos.com/Nova Malinda).

Solopos.com, SOLO– Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menyatakan kemungkinan tarif masuk Taman Balekambang Solo tetap gratis, tetapi pengunjung yang menonton atraksi harus berbayar.

Hal itu disampaikan Gibran merespons adanya sejumlah akademisi dan Fraksi PKS (FPKS) DPRD Solo yang tidak setuju dengan wacana memberlakukan tarif masuk kawasan Taman Balekambang Solo setelah proses revitalisasi rampung kelak.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Rencana mungkin tetap gratis tapi mungkin kalau masuk ke Kethoprak Balekabamg Solo dan lain-lain bayar. Ditunggu dulu ya kan durung dadi [pekerjaan revitalisasi belum selesai]. Dan kami mau cari operator yang profesional,” kata Gibran ditemui di Balai Kota Solo, Kamis (15/8/2023).

Gibran menjelaskan telah  memerintahkan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Solo, Aryo Widyandoko mencari operator Taman Balekambang Solo. Gibran belum tahu siapa operatornya apakah pihak ketiga dari dalam negeri atau luar negeri.

Gibran mengatakan ada beban operasional untuk operasional Taman Balekambang Solo. Apabila nanti semua di kawasan Taman Balekambang gratis, operator tidak bisa melakukan perawatan Taman Balekambang Solo.

Sebelumnya, wacana pemberlakuan tarif masuk untuk Taman Balekambang Solo mulai terungkap menjelang rampung proses revitalisasi taman warisan Adipati Mangkunegara VII itu akhir tahun ini.

Informasi tersebut disampaikan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Solo, Aryo Widyandoko, Rabu (14/6/2023) siang. Semula Aryo mengaku belum tahu apakah untuk masuk Taman Balekambang Solo tetap gratis atau berbayar.

Namun setelah didesak, akhirnya dia menyampaikan Disparbud Solo mengusulkan agar mulai berbayar. “Kami usulkan untuk berbayar. Kami belum tahu [nominal tarif masuk Taman Balekambang]. Masih di DPRD Solo,” ujar dia.

Disinggung apakah nominal tarif masuk Taman Balekambang Solo akan terjangkau, Aryo berharap sama. Namun semua tergantung keputusan bersama. “Ya itu, ya mestinya terjangkau lah. Yang jelas saat ini masih di DPRD Solo. Kami sudah sampaikan ke DPRD Solo. Sampaikan saja dulu rencananya nanti mulai berbayar begitu saja,” tutur dia.

Sedangkan ditanya apa saja yang ada di Taman Balekambang Solo, menurut Aryo, relatif sama dengan sebelumnya. Seperti masih ada kolam, tempat kesenian, tempat makan, dan ikon-ikon lain. Hanya saja ada tambahan sejumlah fasilitas dan sarana prasarana.

Sementara akademisi dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Drajat Tri Kartono, saat dihubungi Solopos.com berpendapat ruang publik merupakan ruang bertemu dan berinteraksi para warga kota sehingga lebih baik tidak berbayar. “Serendah apa pun pembayarannya, itu merupakan pembatasan ya,” ujar dosen sosiologi FISIP UNS Solo ini.

Drajat lebih sependapat bila Taman Balekambang Solo tetap menjalankan fungsinya sebagai ruang publik terbuka. Terlebih bila harus membayar, menurut dia, mesti dihitung apakah penerimaan Pemkot Solo bisa signifikan.

“Kalau toh bayar, harus dihitung, apakah membayar ini, kalau sebagai penerimaan pemerintah, apakah signifikan nilainya. Katakan kalau bayarnya Rp3.000 atau Rp1.000 dikali jumlah pengunjung apakah signifikan?” urai dia.

Bila ternyata penerimaan Pemkot Solo tidak signifikan dari penerapan tarif Taman Balekambang, Drajat mendorong agar tak usah berbayar. Menurut dia, lebih baik Pemkot Solo berfokus kepada nilai manfaat dari ruang publik.

“Bila pemungutan sebagai simbol saja dari ruang publik jadi tanggung jawab seluruh warga untuk merawat, itu oke-oke saja. Tapi harus betul-betul disampaikan dan harganya tak mengganggu nilai manfaat ruang publik,” kata dia.

Drajat mengingatkan konsekuensi biaya sosial yang tinggi yang harus dibayar sebuah kota bila tidak mempunyai ruang publik yang layak. “Itu biaya sosialnya tinggi. Itu sifatnya sangat negatif bila tidak ada ruang publik,” ujar dia.

Lebih jauh Drajat mengakui event car free day (CFD) di Jl. Slamet Riyadi Solo juga merupakan ruang publik. Tapi CFD tidak digelar secara berkelanjutan setiap saat.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya