SOLOPOS.COM - Ratusan siswa mengikuti Salat Istisqa saat khatib memberikan ceramah di SD Muhammdiyah PK, Banyudono, Boyolali, Sabtu (7/10/2023). (Istimewa)

Solopos.com, BOYOLALI — Salat minta hujan kembali digelar di Boyolali. Kali ini, ratusan siswa SD Muhammadiyah Program Khusus (PK) menggelar salat meminta hujan atau Istisqa pada Sabtu (7/10/2023).

Salat tersebut digelar sebagai doa kepada Tuhan Sang Pencipta sekaligus wujud kepedulian terhadap warga yang dilanda kekeringan di Boyolali. Wakil Kepala Sekolah Bidang Keagamaan SD Muhammadiyah PK Boyolali, Heru Susanto, menjelaskan tujuan salat istisqa sebagai wujud kepedulian terhadap warga Boyolali yang mengalami krisis air.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Ada beberapa daerah yang krisis air bersih karena sudah tidak hujan selama berbulan-bulan, seperti di Tamansari, Wonosegoro, Wonosamodro, dan sebagainya.

Ia mengungkapkan ada 648 siswa dan 49 guru yang mengikuti Salat Istisqa. Sebelum salat meminta hujan dimulai, para siswa dan guru SD di Boyolali itu menggelar Salat Duha yang rutin digelar setiap hari.

Setelah itu, para siswa terlebih dahulu diberi tahu niat dan cara mengerjakan Salat Istisqa. Heru mengungkapkan siswa diberi pemahaman salat meminta hujan sama seperti salat idain.

“Jadi kami memohon kepada Allah supaya kami dan teman-teman bisa diturunkan hujan yang bermanfaat dengan izin-Nya,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com, Minggu (8/10/2023).

Heru mengatakan Salat Istisqa hukumnya sunah dan ditekankan lebih baik setelah matahari terlihat hingga zuhur. Ia mengatakan imam dan khatib pada Salat Istisqa di SD Muhammadiyah PK Boyolali, adalah Nur Zaidi Salim dari PCM Boyolali.

“Dari khatib menyampaikan salah satu penyebab tidak turun hujan karena banyak yang berbuat syirik, manusia menyembah dan meminta kepada selain Allah. Harapan kami, kegiatan ini bisa sambil mengajak anak-anak untuk mentauhidkan Allah,” kata dia.

Mengajak Mentauhidkan Allah

Terpisah, Nur Zaidi Salim membenarkan isi khotbahnya mengajak anak-anak untuk mentauhidkan Allah. Dalam khotbahnya, ia menjelaskan penyebab Allah menurunkan musibah dan solusi mengatasi musibah tersebut.

Nur Zaidi menyebut kekeringan ini juga menjadi salah satu musibah dari Allah. Penyebabnya karena masyarakat sudah tidak memiliki keimanan dan ketakwaan, artinya mayoritas penduduk suatu negeri atau daerah kalau sudah iman takwanya berkurang.

“Banyak orang tidak beriman, maka Allah mudah sekali menurunkan musibah, termasuk kekeringan,” kata dia.

Selanjutnya ia mengajak para pelajar yang hadir dalam kegiatan itu untuk selalu menjaga lingkungan dan hemat air. “Ketika menggunakan air, harus mengingat saudara-saudara kita semua yang kekeringan,” jelas dia.

Sementara itu, salah satu siswa V-C SD Muhammadiyah PK Boyolali, Tefa Arya Pradipta, menjelaskan sangat antusias mengikuti Salat Istisqa. Ia mengungkapkan baru kali pertama mengerjakan salat meminta hujan tersebut.

Ia mengungkapkan sebelum pelaksanaan salat, seluruh siswa diajari tata cara Salat Istisqa. Tefa menilai pelaksanaan salat itu tidaklah sulit. Tefa yang tinggal di Boyolali Kota mengaku belum pernah mengalami kekurangan air.

Namun, ia ikut Salat Istisqa karena ingin berdoa agar diturunkan hujan di daerah kekeringan Boyolali. “Kalau nanti turun hujan di daerah kekeringan, nanti airnya bisa dimanfaatkan untuk mandi, minum, dan sebagainya,” kata dia.

Ini bukan kali pertama Salat Istisqa digelar oleh kalangan pelajar di Boyolali. Sebelumnya, seratusan siswa MI dan TA Al Hidayah Kalitlawah, Desa Ngaren, Juwangi, Boyolali, juga menggelar Salat Istisqa atau salat minta hujan pada 30 September 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya